Saat Putri Lentui berada di muara sungai, tiba-tiba turun hujan gerimis, dan sebuah baskom kuningan berisi air jeruk dan pandan terjatuh ke sungai.
Sejak kejadian tersebut, masyarakat sekitar mulai menyebut sungai itu sebagai Sungai Ujan Mas, yang kemudian menjadi asal-usul nama desa ini.
Selain cerita legenda, di Desa Ujan Mas Lama, terdapat peninggalan berharga yang semakin memperkuat status sejarah desa ini.
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Tanjung Enim : Kota Kecil dengan Sejarah Pertambangan Batu Bara yang Panjang !
Salah satunya adalah naskah kuno peninggalan Puyang Bang Bengok yang dikenal sebagai bebue, atau piagam tapal batas desa.
Naskah ini ditulis di atas media kulit kayu atau kaghas menggunakan tinta dari getah kayu jadam, bahan alami yang digunakan pada zaman dahulu untuk menulis dokumen penting.
Bebue ini dianggap sebagai dokumen penting yang menunjukkan batas-batas desa dan hak kepemilikan wilayah.
Naskah ini juga ditulis dengan aksara Ulu, yang merupakan aksara asli Sumatera Selatan, memperlihatkan bahwa penduduk desa sudah mengenal tata pemerintahan dan peradaban sejak masa lalu.
Selain naskah kuno, Desa Ujan Mas juga kaya akan tradisi dan budaya yang masih dipelihara oleh masyarakat hingga hari ini.
Salah satu tradisi unik yang masih dijalankan adalah tradisi tumpuk.
Tumpuk adalah upacara syukuran yang dilakukan masyarakat ketika memasuki masa tanam atau panen padi.
Tradisi ini melibatkan penyajian makanan khas seperti ketan, apam (serabi), dan telur rebus yang kemudian dimakan bersama-sama oleh seluruh warga desa.
Tradisi ini menunjukkan adanya rasa syukur dan kebersamaan dalam masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Tidak hanya terkenal dengan legendanya, Desa Ujan Mas juga memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan Indonesia.
Pada masa perjuangan melawan Belanda, Ujan Mas menjadi salah satu titik penting dalam peristiwa Front Langkan.