Pengelolaan risiko eksternal, termasuk fluktuasi harga komoditas dan dampak dari dinamika geopolitik global, akan menjadi tantangan utama.
Dalam konteks ini, kebijakan yang fokus pada diversifikasi sumber daya energi, penguatan sektor industri domestik, dan pengelolaan utang luar negeri secara bijak akan sangat penting.
Selain itu, peningkatan daya saing ekspor Indonesia juga akan menjadi kunci untuk menyeimbangkan dampak negatif dari impor yang meningkat akibat kenaikan harga komoditas global.
Di sisi lain, keberlanjutan investasi di sektor infrastruktur juga diharapkan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Proyek-proyek infrastruktur yang sedang berjalan, seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, dan bandara, akan menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi regional, yang pada akhirnya berdampak positif pada nilai tukar rupiah.
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter juga memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan eksternal.
BI diperkirakan akan terus menjalankan kebijakan moneter yang fleksibel, termasuk intervensi di pasar valuta asing jika diperlukan, untuk mengendalikan volatilitas rupiah.
Selain itu, BI juga diharapkan akan terus meningkatkan cadangan devisa sebagai bantalan terhadap tekanan eksternal.
Dengan cadangan devisa yang kuat, Indonesia akan lebih mampu menghadapi gejolak di pasar keuangan global dan menjaga stabilitas rupiah.
Dalam beberapa tahun terakhir, BI telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui berbagai kebijakan.
Termasuk intervensi di pasar mata uang dan penerapan suku bunga acuan yang sesuai dengan kondisi ekonomi global.
Langkah-langkah tersebut telah membantu menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia, bahkan di tengah tantangan eksternal yang cukup besar.
Penguatan rupiah pasca pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden RI mencerminkan optimisme pasar terhadap stabilitas politik dan ekonomi Indonesia.
Dukungan terhadap kabinet yang dipimpin oleh Prabowo, terutama dengan kembalinya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan, memberikan keyakinan kepada para investor bahwa kebijakan ekonomi akan tetap berkelanjutan.
Meskipun demikian, dinamika global seperti Pemilihan Presiden AS dan ketegangan di Timur Tengah tetap menjadi risiko eksternal yang harus diwaspadai.
Dalam menghadapi tantangan ini, peran Bank Indonesia dan kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi akan menjadi faktor kunci yang menentukan keberlanjutan penguatan rupiah di masa mendatang.