Rully Nova, analis senior dari Bank Woori Saudara, menuturkan bahwa sentimen pasar pasca pelantikan Presiden Prabowo sangat positif, terlihat dari minat tinggi investor asing terhadap pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan saham selama sepekan terakhir.
“Sentimen pasar yang positif setelah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden turut meningkatkan minat investor, terutama investor asing, untuk berinvestasi di pasar keuangan Indonesia, baik di SBN maupun saham,” ujarnya.
Rully menambahkan bahwa optimisme pasar keuangan tidak lepas dari kepastian kebijakan ekonomi yang berkelanjutan, terutama terkait dengan kembali diangkatnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 27 September 2024 : Menguat 72 Poin Menjadi Rp15.093 per Dolar AS
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 23 September 2024 : Melemah Tipis 3 Poin Menjadi Rp15.153 per Dolar AS !
Menurutnya, Sri Mulyani telah menunjukkan kinerja yang baik selama menjabat dan diharapkan akan terus mendorong reformasi fiskal dan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut, Rully memproyeksikan bahwa tren penguatan rupiah akan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan, dengan potensi bergerak di kisaran Rp15.350 hingga Rp15.460 per dolar AS.
Meskipun demikian, ia juga memperingatkan bahwa penguatan rupiah tetap sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang tidak dapat diabaikan.
Meskipun optimisme pasar domestik meningkat, Rully mengingatkan bahwa perkembangan ekonomi global, khususnya Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) dan situasi geopolitik di Timur Tengah, akan memainkan peran penting dalam pergerakan nilai tukar rupiah ke depan.
“Faktor eksternal seperti dinamika politik di AS dan konflik di Timur Tengah dapat mempengaruhi aliran modal global, yang pada gilirannya akan berdampak pada rupiah,” katanya.
Pemilihan Presiden AS pada November 2024 diperkirakan akan menjadi salah satu faktor yang paling memengaruhi pasar keuangan global.
Ketidakpastian terkait kebijakan ekonomi dan moneter yang mungkin diambil oleh presiden terpilih AS dapat mengakibatkan volatilitas di pasar mata uang, termasuk rupiah.
Selain itu, konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah juga menjadi perhatian utama bagi para pelaku pasar.
Ketegangan di kawasan tersebut dapat memengaruhi harga minyak dunia, yang pada akhirnya dapat berdampak pada stabilitas ekonomi global dan Indonesia.
Kenaikan harga minyak akan meningkatkan biaya impor energi bagi Indonesia, yang berpotensi membebani neraca perdagangan dan nilai tukar rupiah.
Untuk menghadapi potensi tekanan eksternal, pemerintah di bawah pimpinan Presiden Prabowo diharapkan akan mengambil langkah-langkah strategis guna menjaga stabilitas ekonomi.