KORANPALPOS.COM - Tanjung Enim, sebuah kota kecil di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, memiliki sejarah yang kaya dan mendalam.
Kota ini, yang sering disebut sebagai Kute Tanjung Ayek Hening atau kota di semenanjung air yang bening, menyimpan banyak kisah masa lalu yang penting bagi masyarakat setempat.
Dalam era modern yang terus berkembang pesat, pepatah lama "Adat muda menanggung rindu, adat tua menanggung iba" semakin relevan, mengingat banyaknya nilai-nilai tradisional yang mulai terlupakan.
Sejarah Tanjung Enim mengajarkan kita betapa pentingnya mencatat dan merawat peristiwa masa lalu.
Menjaga warisan sejarah tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif untuk memastikan bahwa cerita-cerita berharga ini tidak hilang seiring berjalannya waktu.
Warisan ini penting untuk terus diceritakan kepada generasi mendatang agar tidak terlupakan dan tetap hidup dalam ingatan kolektif masyarakat.
BACA JUGA:Asal Usul Pangkalan Balai Ibukota Kabupaten Banyuasin : Siapa Sosok Tuan Bang Sali dan Thalib Wali ?
Nama Tanjung Enim sendiri berasal dari istilah Kute Tanjung Ayek Hening, yang secara harfiah berarti kota di semenanjung air yang jernih.
Sejarah asal mula kota ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat tradisional di sekitarnya.
Wilayah tersebut terdiri dari dua dusun utama, yaitu Dusun Ilir, yang dihuni oleh puyang Dusun Ilir, dan Dusun Uluan di hulu sungai, yang disebut jeme uluan.