Analisis menggunakan Climate Shift Index (CSI) yang mengukur dampak perubahan iklim terhadap suhu, serta memperkirakan jumlah orang yang terdampak oleh kondisi ekstrem.
Di Indonesia, dengan populasi terbesar di antara negara-negara Asia Tenggara, diperkirakan 128 juta orang terpapar CSI 5 selama 60 hari atau lebih.
Ini berarti suhu yang dirasakan setidaknya lima kali lebih tinggi akibat perubahan iklim.
BACA JUGA:6 Kota Paling Sepi di Sumatera 2024 : Surga Tersembunyi di Tengah Keheningan !
BACA JUGA:5 Desa Kaya Raya di Indonesia 2024 dengan Penghasilan Fantastis : Sumatera Selatan tidak Ada !
Hampir seluruh penduduk Filipina, Singapura, dan Vietnam juga mengalami suhu berbahaya yang dapat menimbulkan risiko kesehatan setidaknya selama satu pekan.
Lebih dari dua pertiga populasi Thailand dan Indonesia juga mengalami paparan suhu yang mengancam kesehatan dalam skala yang serupa.
“Kondisi itu tiga kali lebih mungkin terjadi akibat perubahan iklim,” tambah Pershing.
Suhu ekstrem ini bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga berimplikasi pada kesehatan masyarakat.
Meningkatnya suhu dapat memperburuk kondisi kesehatan, meningkatkan risiko heat stroke, dehidrasi, dan penyakit terkait panas lainnya.
Terlebih lagi, kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki kondisi medis tertentu, akan menghadapi risiko yang lebih tinggi.
Pemerintah daerah di kota-kota yang terpengaruh perlu meningkatkan kesadaran dan melaksanakan program mitigasi untuk melindungi masyarakat dari dampak suhu tinggi.
Langkah-langkah seperti penyediaan ruang publik yang dingin, peningkatan akses ke air bersih, dan pendidikan mengenai pencegahan penyakit terkait panas sangat penting dilakukan.
Sebagai langkah mitigasi, pemerintah perlu berfokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca melalui penggunaan energi terbarukan dan peningkatan efisiensi energi.
Penghijauan perkotaan juga dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi suhu di area perkotaan.
Tanaman dapat membantu menurunkan suhu dan meningkatkan kualitas udara.