Anggrek ini pertama kali ditemukan pada tahun 1976 oleh seorang ahli botani, Rusdi E. Nasution, di kawasan Tapanuli Utara.
Anggrek Tien Soeharto memiliki keunikan dalam penampilannya.
Bunga ini memiliki kelopak berwarna ungu muda yang memikat, dan meskipun tidak banyak dibahas, peran Tien Soeharto dalam pengembangan konservasi anggrek di Indonesia menjadi inspirasi dari penamaan bunga ini.
BACA JUGA:5 Kabupaten Raksasa di Sumatera Selatan 2024 : Juaranya Bukan Banyuasin Apalagi OKU Timur !
BACA JUGA:5 Kabupaten yang Memiliki Hutan Lindung Paling Luas di Sumatera Selatan : Menjaga Warisan Alam !
Konservasi anggrek di Sumatera, khususnya spesies ini, menjadi sangat penting karena keberadaannya yang langka dan terancam oleh perubahan lingkungan serta perburuan liar.
Tidak hanya menjadi simbol kecantikan flora Sumatera, Anggrek Hartinah juga menjadi contoh betapa pentingnya upaya konservasi tumbuhan endemik agar tetap lestari dan terjaga dari ancaman kepunahan.
Tindakan seperti pelestarian habitat alami dan penangkaran tumbuhan di kebun botani menjadi langkah strategis untuk melindungi spesies langka ini dari berbagai ancaman eksternal.
2. Bunga Bangkai Raksasa: Keajaiban Alam Sumatera yang Mempesona
Sumatera juga dikenal dengan keberadaan Bunga Bangkai Raksasa atau yang disebut dengan nama Kibut.
Nama ilmiah dari bunga yang sangat menarik perhatian ini adalah Amorphophallus titanum.
Bunga ini mendapat julukan bunga bangkai karena saat mekar, bunga tersebut mengeluarkan bau yang sangat menyengat dan tidak sedap.
Bau ini sebenarnya adalah bagian dari strategi evolusi bunga ini untuk menarik serangga polinator yang tertarik pada aroma busuk, seperti lalat dan kumbang pemakan bangkai.
Bunga Bangkai Raksasa sangat menakjubkan karena ukurannya yang bisa mencapai tinggi hingga 3 meter.
Hal ini menjadikannya salah satu bunga terbesar di dunia.
Selain itu, siklus mekarnya yang jarang membuat momen mekar bunga bangkai selalu menjadi peristiwa yang dinantikan oleh para peneliti dan pecinta flora.