Makna Safar dalam Islam: Antara Ujian dan Berkah

Selasa 27 Aug 2024 - 11:28 WIB
Reporter : Mulyawan
Editor : Dahlia

Hal ini tidak hanya bertujuan untuk menghindari kesulitan yang berkepanjangan, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan pribadi dan keluarga.

Berpisah dari keluarga dalam waktu yang lama, jika tidak diperlukan, dapat mengganggu keharmonisan dan kesejahteraan keluarga.

Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Umar dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu ‘Adi, "Tidak ada obat dari sulitnya safar selain mempercepat perjalanan." Artinya, semakin cepat perjalanan diselesaikan, semakin cepat pula seseorang dapat kembali menikmati kenyamanan hidup bersama keluarga.

BACA JUGA:Langkah Bijak Menghapus Rasa Bersalah: Dari Penyesalan Menuju Perbaikan Diri

BACA JUGA:Keutamaan Datang Lebih Awal untuk Sholat Jum'at: Pahala yang Tak Ternilai

Safar dan Kesehatan

Meskipun safar dianggap sebagai adzab, ada juga hadits lain yang menunjukkan manfaat kesehatan dari melakukan perjalanan.

Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar menyebutkan, "سَافِرُوا تَصِحُّوا" (Bersafarlah, maka kalian akan sehat).

Meskipun hadits ini tampaknya bertentangan dengan konsep safar sebagai adzab, Ibnu Hajar menjelaskan bahwa manfaat kesehatan dari safar tidak selalu bertentangan dengan kesulitan yang dihadapi selama perjalanan.

Kesehatan yang diperoleh dari safar mungkin berasal dari perubahan lingkungan, aktivitas fisik, dan pengalaman baru yang merangsang tubuh dan pikiran.

BACA JUGA:Pasanganmu Adalah Takdirmu dan Rezekimu: Menyelaraskan Kehidupan Melalui Pernikahan

BACA JUGA:Bahaya Istidraj: Kenikmatan yang Menjerumuskan ke Dalam Kebinasaan

Safar sebagai Ujian Kesabaran

Al Khottobi berpendapat bahwa safar dapat digunakan sebagai bentuk hukuman bagi orang yang berbuat dosa, seperti dalam kasus pengasingan bagi mereka yang berzina.

Safar memaksa seseorang untuk meninggalkan kenyamanan dan hal-hal yang dicintai, sehingga menjadikannya sebagai ujian kesabaran dan ketahanan mental.

Imam Al Haromain pernah ditanya mengapa safar dianggap sebagai adzab. Beliau menjawab, "لِأَنَّ فِيهِ فِرَاق الْأَحْبَاب" (Karena safar akan meninggalkan segala yang dicintai). Memang benar, ketika seseorang bersafar, ia harus meninggalkan nikmatnya makan, minum, tidur, dan keberadaan bersama keluarga tercinta.

Kategori :