Kenaikan harga juga terjadi pada daging sapi murni yang naik tipis 0,15 persen atau Rp200 menjadi Rp135.230 per kg.
Meskipun kenaikannya tidak signifikan, namun tetap menambah beban biaya bagi konsumen yang membutuhkan daging sapi sebagai sumber protein.
Di sisi lain, harga daging ayam ras justru turun 1,46 persen atau Rp510 menjadi Rp34.430 per kg, memberikan sedikit kelegaan bagi konsumen yang mencari alternatif protein hewani.
Namun, harga telur ayam ras naik 1,16 persen atau Rp330 menjadi Rp28.830 per kg.
Kenaikan ini cukup mempengaruhi harga makanan yang menggunakan telur sebagai bahan baku utama, seperti kue, roti, dan makanan olahan lainnya.
Dengan harga yang naik, produsen makanan mungkin akan menaikkan harga jual produknya, yang pada akhirnya berdampak pada konsumen.
Kedelai biji kering (impor) yang merupakan bahan baku utama untuk produksi tahu dan tempe, dua makanan yang sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia, juga mengalami kenaikan harga.
Harga kedelai naik 0,67 persen atau Rp80 menjadi Rp11.990 per kg.
Kenaikan ini memicu kekhawatiran di kalangan produsen tahu dan tempe, yang mungkin akan menyesuaikan harga jual produk mereka, berdampak pada konsumen yang terbiasa mengonsumsi kedua produk tersebut.
Selain itu, gula konsumsi juga mengalami kenaikan tipis 0,78 persen atau Rp140 menjadi Rp18.010 per kg.
Gula adalah bahan pokok dalam banyak produk makanan dan minuman.
Kenaikan harga gula sering kali langsung berdampak pada harga produk jadi di pasar.
Meskipun kenaikannya kecil, namun secara kumulatif dapat menambah tekanan pada pengeluaran rumah tangga.
Harga minyak goreng kemasan sederhana naik tipis 0,11 persen atau Rp20 menjadi Rp18.020 per kg.
Kenaikan ini tidak terlalu signifikan, namun tetap menjadi perhatian, terutama bagi rumah tangga yang mengandalkan minyak goreng untuk keperluan sehari-hari.
Sementara itu, harga minyak goreng curah justru turun 0,99 persen atau Rp160 menjadi Rp15.930 per kg.