Penurunan harga ini bisa menjadi kabar baik bagi konsumen, terutama pelaku usaha makanan dan minuman yang membutuhkan daging ayam dan telur dalam jumlah besar.
Penurunan harga daging ayam dan telur ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk stabilnya pasokan di pasar dan penurunan permintaan pasca-hari raya.
Namun, perlu diwaspadai bahwa penurunan ini bisa bersifat sementara jika terjadi gangguan pada produksi atau distribusi yang disebabkan oleh cuaca atau kebijakan baru.
Kedelai biji kering impor dan gula konsumsi juga menunjukkan tren kenaikan harga. Kedelai biji kering impor naik sebesar 0,76 persen atau Rp90 menjadi Rp11.990 per kilogram.
Kenaikan ini cukup signifikan mengingat kedelai merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tahu dan tempe, dua makanan pokok yang sangat populer di Indonesia.
Peningkatan harga kedelai ini bisa berdampak langsung pada kenaikan harga tahu dan tempe di pasaran, yang pada akhirnya mempengaruhi daya beli masyarakat.
Di sisi lain, harga gula konsumsi juga mengalami kenaikan tipis sebesar 0,17 persen atau Rp30 menjadi Rp17.920 per kilogram.
Kenaikan harga gula ini, meski tidak terlalu besar, tetap menjadi perhatian karena gula merupakan salah satu komoditas yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Kenaikan harga gula bisa berdampak pada harga produk turunan lainnya, seperti kue, minuman, dan makanan olahan.
Berita baik datang dari harga minyak goreng dan tepung terigu. Harga minyak goreng kemasan sederhana tercatat turun sebesar 0,50 persen atau Rp90 menjadi Rp17.930 per kilogram.
Sementara minyak goreng curah turun sebesar 0,50 persen atau Rp80 menjadi Rp16.020 per kilogram.
Penurunan harga minyak goreng ini menjadi kabar gembira bagi konsumen, terutama bagi pelaku usaha kecil yang menggunakan minyak goreng dalam jumlah besar.
Penurunan harga minyak goreng ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk stabilnya pasokan kelapa sawit sebagai bahan baku utama serta adanya kebijakan pemerintah untuk menjaga harga minyak goreng tetap terjangkau.
Di sisi lain, harga tepung terigu curah juga turun sebesar 1,86 persen atau Rp190 menjadi Rp10.050 per kilogram, serta tepung terigu non curah yang turun sebesar 0,75 persen atau Rp100 menjadi Rp13.200 per kilogram.
Penurunan harga tepung terigu ini menjadi angin segar bagi industri makanan olahan, terutama bagi produsen roti dan kue yang sangat bergantung pada tepung terigu sebagai bahan baku utama.
Dengan penurunan harga ini, diharapkan harga produk olahan berbasis tepung terigu juga bisa lebih stabil dan terjangkau oleh masyarakat.