Hal ini menjadi krusial, mengingat tanpa koalisi pun, partai yang memenuhi syarat suara sah dapat maju sendiri dalam Pilkada 2024.
Dalam jangka panjang, putusan MK ini berpotensi memperbaiki kualitas demokrasi di Indonesia.
Dengan membuka peluang lebih luas bagi partai politik, baik yang memiliki kursi di DPRD maupun tidak, maka kompetisi dalam Pilkada menjadi lebih adil dan berimbang.
Hal ini juga mendorong partai politik untuk lebih mendekatkan diri pada rakyat dan memperjuangkan aspirasi mereka, daripada sekadar mencari keuntungan dari koalisi besar.
Selain itu, dengan berkurangnya aksi borong dukungan, pasangan calon yang diusung diharapkan lebih representatif dan sesuai dengan keinginan rakyat.
Putusan ini juga bisa menjadi tonggak penting dalam pengembangan sistem politik Indonesia yang lebih sehat dan dinamis.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60/PUU-XXII/2024 tidak hanya mengubah peta politik dalam Pilkada 2024, tetapi juga membuka peluang baru bagi partai politik yang sebelumnya tersisih.
Dengan syarat suara sah yang lebih inklusif, putusan ini mendorong persaingan yang lebih adil dan sehat dalam pemilihan kepala daerah, serta mencegah monopoli kekuatan politik melalui aksi borong dukungan.
Kini, bola berada di tangan partai politik dan KPU untuk memastikan bahwa peluang ini bisa dimanfaatkan dengan baik, sehingga demokrasi di Indonesia dapat berkembang lebih maju dan berkualitas.