Ia memegang peran penting dalam melawan penjajahan Belanda dan Inggris di Palembang.
Sultan Mahmud Badaruddin II lahir dengan nama kecil Raden Hasan Pangeran Ratu. Ia naik tahta menjadi sultan pada usia 37 tahun pada 12 April 1804, menggantikan ayahnya, Sultan Mahmud Bahaudin.
Selama masa kepemimpinannya, Sultan Mahmud Badaruddin II dikenal sebagai sosok yang sangat berani dan tegas dalam melawan penjajah.
BACA JUGA:5 Kabupaten Terkaya di Sumatera Selatan 2024 : Juaranya Bukan Lagi Musi Banyuasin !
Salah satu pertempuran paling terkenal yang dipimpin oleh beliau adalah Perang Menteng pada tahun 1819, di mana pasukan Palembang berhasil mengalahkan Belanda.
Perang ini terjadi setelah Inggris, melalui Konvensi London, menyerahkan kembali kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda, termasuk Palembang.
Perlawanan terhadap Belanda tidak berhenti di situ.
Sultan Mahmud Badaruddin II terus memimpin pasukannya dalam beberapa pertempuran lainnya untuk mempertahankan Palembang.
Sayangnya, setelah kekalahan dalam pertempuran terakhir melawan Belanda pada 3 Juli 1821, Sultan Mahmud Badaruddin II ditangkap dan diasingkan ke Ternate, Maluku Utara.
Di sana, beliau menghabiskan sisa hidupnya hingga wafat pada 26 November 1852.
Atas jasa-jasanya, Sultan Mahmud Badaruddin II dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1984 melalui Keputusan Presiden.
Namanya tidak hanya dikenang melalui berbagai buku sejarah, tetapi juga diabadikan dalam bentuk lain, seperti pada mata uang kertas Rp 10 ribu keluaran tahun 2005 dan nama Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang.
Selain itu, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang yang dulunya adalah Keraton Kuto Lamo, menjadi tempat yang menyimpan berbagai peninggalan sejarah tentang kehidupan dan perjuangan beliau.
2. Mayjen TNI dr. Adnan Kapau (AK) Gani
Mayjen TNI dr. Adnan Kapau Gani, yang lebih dikenal sebagai AK Gani, adalah seorang dokter dan pejuang dari Sumatera Selatan yang memainkan peran penting dalam perang kemerdekaan Indonesia.