''Namun, ada lima daerah yang belum terdeteksi adanya titik panas, yaitu Kota Palembang, Pagar Alam, Lubuklinggau, Prabumulih, dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan,” jelas Sudirman.
Sepanjang tahun 2024, BPBD Sumsel mencatat total 1.270 titik panas.
Juli mencatatkan angka tertinggi dengan 530 titik panas, menunjukkan lonjakan yang signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
BACA JUGA:Polres Banyuasin Periksa Tersangka Pembakar Lahan 2 Hektare di Desa Bunga Karang
BACA JUGA:Sumsel Siaga Karhutlah : Perlu Tindakan Cepat dan Tepat !
Sebaran titik panas tertinggi terjadi di Musi Banyuasin dengan 295 titik panas, Muara Enim dengan 233 titik panas, Musi Rawas dengan 155 titik panas, dan Musi Rawas Utara dengan 118 titik panas.
Kota Pagar Alam, meski belum ditemukan titik panas, tetap menjadi fokus pengawasan.
Korbid Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Veronica Sinta Andayani, menjelaskan bahwa rendahnya potensi hujan dalam sepekan ke depan berpotensi meningkatkan jumlah titik panas.
"Kurangnya curah hujan dan kecepatan angin yang meningkat dapat memicu kebakaran hutan dan lahan, membuatnya lebih sulit untuk dipadamkan. Kondisi ini membuat perlu adanya kesiagaan yang lebih tinggi dan strategi penanggulangan yang lebih efektif," ujarnya.
Kalaksa BPBD Ogan Ilir, Edi Rahmat, menekankan pentingnya peningkatan kesiagaan menghadapi musim kemarau yang meningkatkan intensitas Karhutla.
Saat ini, terdapat 12 desa di empat kecamatan yang mengalami kebakaran lahan, termasuk Kecamatan Tanjung Batu, Inderalaya Utara, Pemulutan Barat, dan Pemulutan.
"Setiap kecamatan memiliki 3-6 orang Satgas dan Relawan Penanggulangan Bencana. Ketika ada potensi karhutla, satgas kecamatan dilengkapi dengan peralatan pemadaman dini seperti motor trail, selang pemadam, nozel, dan mesin pompa jinjing. Jika pemadaman dini berhasil, Satgas kecamatan dan relawan dapat menangani masalah ini. Namun, jika kebakaran tidak terkendali, Satgas kecamatan akan segera melapor ke pusat pengendalian operasi di Posko induk kabupaten untuk penanganan lebih lanjut," ungkap Edi.
Peningkatan titik panas di Sumatera Selatan juga mendapat perhatian dari masyarakat. Warga Kota Palembang, meski tidak ada laporan titik panas di kota mereka, menyatakan kekhawatiran terhadap potensi dampak kebakaran yang bisa menyebar ke wilayah mereka.
Rina, seorang ibu rumah tangga dari Alang-Alang Lebar Palembang, mengungkapkan kekhawatirannya, "Saya sangat prihatin dengan berita peningkatan titik panas di daerah sekitar. Meskipun belum ada di Palembang, saya khawatir jika situasinya semakin parah, kabut asap bisa menyebar hingga ke Palembang."
Agus, seorang warga Ogan Ilir, menambahkan harapannya terhadap pemerintah dan pihak berwenang, "Saya berharap pemerintah dapat segera menangani masalah ini secara efektif sebelum dampaknya semakin meluas. Edukasi dan upaya pencegahan harus ditingkatkan agar semua warga sadar dan ikut serta dalam menjaga lingkungan."
Di Kabupaten Muara Enim, Nurdin mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak peningkatan titik panas, "Kami sangat khawatir dengan situasi ini. Kebakaran hutan tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga berdampak pada kesehatan dan hasil pertanian."