Antioksidan banyak ditemukan dalam makanan seperti sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin C dan E.
Beberapa makanan yang diketahui mengandung antioksidan tinggi antara lain apel, tomat, alpukat, stroberi, jamur, kacang-kacangan, kentang, minyak zaitun, kale, buncis, dan bayam.
Dr. Raissa menjelaskan bahwa jika tubuh kekurangan antioksidan, maka untuk menyeimbangkan jumlah radikal bebas yang diproduksi, tubuh akan mengalami stres oksidatif.
BACA JUGA:Keajaiban Buah Kesemek : Mulai dari Kesehatan Mata Sampai Menurunkan Tekanan Darah Tinggi !
BACA JUGA:Mana yang Lebih Sehat: Air Dingin atau Air Hangat?
Ketika ini terjadi, radikal bebas bereaksi dengan molekul lain dalam tubuh, menyebabkan kerusakan pada berbagai sel dan jaringan di dalam tubuh.
Radikal bebas dapat merusak komponen seluler penting termasuk DNA, protein, dan lipid.
Kerusakan ini berkontribusi pada perkembangan berbagai penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung, dan diabetes.
Selain itu, stres oksidatif juga terkait dengan penuaan dini dan berbagai kondisi degeneratif lainnya.
Menurut Dr. Raissa, fokus pada pola makan sehat yang mengandung antioksidan, mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral, mengelola stres dengan baik, dan menghindari paparan zat perusak dapat menjadi langkah penting dalam melawan radikal bebas.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara asupan nutrisi dan gaya hidup sehat untuk mendukung sistem pertahanan tubuh.
Director of Adult and Specialized Nutrition KALBE Nutritionals, Robertus Parulian Purba, mengingatkan bahwa paparan radikal bebas tidak terlepas dari keseharian masyarakat aktif.
Sumber radikal bebas meliputi asap rokok, polusi udara, paparan sinar ultraviolet dari matahari, serta konsumsi makanan cepat saji atau makanan yang kurang sehat.
Adapun kualitas udara Kota Jakarta tercatat tidak sehat bagi kelompok sensitif pada Senin pagi ini.
Laman IQAir mencatat kualitas udara Jakarta berada pada poin 135 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 49,5 mikrogram per meter kubik atau 9,9 kali lebih tinggi dari nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
PM 2,5 adalah partikel yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikrometer) yang ditemukan di udara, termasuk debu, asap, dan jelaga.