Untuk menuju kawasan Danau Kelimutu, Gabriel harus bermalam di desa yang ada di kaki gunung.
Banyak penginapan dengan harga terjangkau tersedia di kawasan berhawa sejuk ini.
Ia menyarankan pengunjung untuk datang sebelum pukul 08.00 waktu setempat agar bisa melihat keindahan danau lebih jelas.
Jika bepergian sendirian, penduduk lokal dengan senang hati akan mengantarkan pengunjung.
Pemandu wisata dari Dinas Pariwisata Ende, Ferdinand Radawara, mengatakan bahwa dari tiga danau tersebut, hanya Tiwu Ata Mbupu yang bisa didekati.
Namun, pengunjung tidak diperkenankan melakukan aktivitas seperti berenang. "Apalagi saat ini berada pada Level II atau 'Waspada'.
Pengunjung hanya diperbolehkan naik ke puncaknya, tidak boleh mendekat ke danau. Waktu kunjungan pun dibatasi hanya sampai pukul 12.00," terang Ferdinand.
Sampai saat ini, komunitas adat di kawasan Gunung Kelimutu rutin menggelar ritual memberi makan dan minum para arwah Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata’ atau Pati Ka, yang biasanya diselenggarakan pada 14 Agustus.
Ritual ini diselenggarakan oleh 22 komunitas adat di situs Pati Ka yang berada di kawasan Danau Kelimutu.
Prosesi ritual biasanya dimulai dari tempat parkir, kemudian peserta berjalan beriringan menuju situs dengan membawa persembahan berupa nasi, daging babi, sirih dan pinang, serta rokok.
Minuman yang dibawa adalah air putih dan moke, minuman alkohol lokal.
"Masing-masing tetua adat atau mosalaki akan meletakkan persembahan di pelataran situs Pati Ka," kata Ferdinand.
Setelah menaruh persembahan, masing-masing mosalaki memberikan sambutan dan dilanjutkan dengan menari mengelilingi pelataran tersebut.
Sisa-sisa persembahan kemudian dibagikan kepada masyarakat atau pengunjung yang datang.
Masyarakat percaya bahwa mendapatkan sisa persembahan ini akan membawa berkah.
Ritual ini juga bertujuan untuk menghormati dan berkomunikasi dengan para leluhur serta menolak bala.