Saran Psikolog kepada Orang Tua yang Anaknya Baru Masuk SD : Ini yang Harus Dipersiapkan !

Jumat 05 Jul 2024 - 13:15 WIB
Reporter : Echi
Editor : Zen Kito

Menurut Samanta, pembentukan karakter dan kemampuan tersebut akan membantu anak lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan dan memahami instruksi yang diberikan oleh para guru serta tetap tenang selama waktu pembelajaran dilaksanakan.

"Kemandirian itu bisa menghindarkan anak dari dampak buruk bila masuk SD sebelum usianya yang ideal. Misalnya, anak jadi malas belajar, banyak keluhan dari guru, dan membuat anak merasa tertekan, sehingga berpotensi risiko prestasi belajarnya kurang bagus," ujar Samanta.

Dampak Buruk Masuk SD Sebelum Waktunya

BACA JUGA:Heboh ! Beredar Video Mawardi Yahya Tumbang di Acara Resepsi Pernikahan Warga Meranjat

BACA JUGA:KM Itera dan FKPPIB Kampanyekan Brantas Tuntas Judi Online dengan Tagline 'Tobat Sebelum Melarat'

Psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) membeberkan sejumlah dampak buruk yang berpotensi terjadi pada anak yang masuk ke Sekolah Dasar (SD) sebelum waktunya.

Menurutnya, persiapan perkembangan psikososial perlu diperhatikan. Jika anak secara hasil psikotesnya mampu mengikuti proses belajar di SD.

Maka orang tua dapat menyekolahkan anak pada usia 6 tahun. Jika tidak, maka tidak akan direkomendasikan oleh psikolog untuk masuk SD.

"Persiapan perkembangan psikososialnya perlu dilihat. Jika anak secara hasil psikotesnya mampu untuk mengikuti proses belajar di SD, maka orang tua dapat menyekolahkan anak masuk SD di usia 6 tahun. Jika tidak, maka tidak akan direkomendasikan oleh psikolog untuk masuk SD," kata Samanta.

Samanta menuturkan bahwa idealnya usia anak masuk SD tergantung pada kesiapan dirinya berbaur dengan lingkungan baru.

Rata-rata anak sudah dapat mengikuti pembelajaran di usia antara 6-7 tahun.

Namun, tak jarang terdapat anak yang sudah dimasukkan ke SD sebelum waktunya, sehingga beberapa dampak buruk mungkin dialami anak, seperti malas belajar dan merasa tertekan.

Hal ini akan membuat orang tua menerima banyak keluhan dari guru karena prestasi belajar anak yang berisiko kurang bagus.

Samanta menilai hal itu disebabkan oleh kesiapan anak baik secara mental maupun kognitif yang belum siap untuk memulai hal baru.

"Dalam hal ini, secara psikososial dan emosional ini menjadi penting bagi anak untuk melihat kesiapannya agar ia dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah dengan menyenangkan," ucap dia.

Ia menekankan bahwa butuh kesiapan ekstra jika orang tua tetap bersikeras menyekolahkan anak sebelum usia idealnya.

Kategori :