Ikan Tapah : Harta Karun Sungai Musi Sumatera Selatan yang Semakin Langka !

Ilustrasi warga membawa ikan tapah hasil memancing dengan berat lebih 20 kilogram-Foto : Dokumen Palpos-

Sungai ini membentang dari hulu di Bukit Kelam, Provinsi Bengkulu, hingga muaranya di Sungsang, Kabupaten Musi Banyuasin.

Palembang, ibu kota Provinsi Sumatera Selatan, terletak di sepanjang sungai ini dan dikenal sebagai Venetie van oost atau Venesia dari timur oleh orang Eropa karena banyaknya anak sungai yang mengaliri kota ini.

Kawasan dataran rendah dan pesisir timur Sumatera Selatan merupakan kawasan perairan yang sangat luas dan kaya akan beberapa tipe habitat alami seperti rawa pasang surut, hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, dan hutan hujan dataran rendah.

Habitat-habitat ini mendukung keberagaman hayati yang luar biasa, termasuk beragam spesies ikan yang menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat lokal.

Pepatah "lain lubuk lain ikannya" sangat relevan untuk menggambarkan keanekaragaman ikan di berbagai perairan Indonesia.

Sungai Musi dan pesisir timur Sumatera Selatan merupakan nadi kehidupan bagi masyarakat setempat selama bertahun-tahun.

Masyarakat setempat telah mengenal dan memberi nama lokal untuk berbagai jenis ikan, seperti lomopoko untuk ikan Motan pipih Thynnichthys polylepis.

Penelitian mengenai keanekaragaman ikan di kawasan ini telah dilakukan sejak zaman kolonial, dengan Pieter Bleeker sebagai salah satu pionir yang mendeskripsikan sekitar 1.925 jenis ikan, termasuk jenis-jenis yang ditemukan di Sungai Musi.

Beberapa jenis ikan yang terkenal seperti Belido atau Belida Sumatera (Notopterus hypselonotus) dan Kryptopterus (Silurus) palembangensis, hingga saat ini masih menjadi ikon bagi masyarakat setempat.

Penelitian terbaru terus menambah daftar jenis ikan di kawasan ini, termasuk penemuan spesies baru seperti Betta pardalotos, Glyptothorax keluk, dan Nandus mercatus.

Keberadaan ikan yang melimpah di Sungai Musi dan pesisir timur Sumatera Selatan mempengaruhi kebudayaan dan kuliner masyarakat setempat.

Sebelum berdirinya kerajaan Sriwijaya pada abad ke-4 Masehi, masyarakat sudah memiliki tradisi yang erat dengan sungai, seperti pembuatan perahu dan rumah panggung. Ikan menjadi bahan utama dalam berbagai kuliner tradisional, yang paling terkenal adalah pempek.

Pempek atau empek-empek adalah penganan khas Palembang yang terbuat dari daging ikan yang digiling halus dan tepung tapioka.

Ikan Belido menjadi bahan utama pempek pada awalnya, meskipun kini penggunaan ikan lainnya juga umum karena menurunnya populasi ikan Belido.

Pempek sudah ada sejak abad ke-16 di masa Kesultanan Palembang, dan dikenal dengan nama kelesan yang berarti tahan lama.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan