Pemerintah Sering Abaikan Masyarakat

Budayawan Sumsel Vebri Al-Lintani (kiri) ditengah kegiatan inspiratif mahasiswa modul Nusantara dibawah koordinasi dosen Dr. Dedi Irwanto di Roca Cofee & Resto Demang Lebar Daun, Senin (13/11)--

Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat masih kata Vebri, harus berbasis budaya tidak dapat direduksi sebagai proyek fisik semata tanpa melakukan revitalisasi makna budaya dan sejarah dari suatu lokalitas. 

“Menurut saya ketika ini terjadi kritik harus dilayangkan kepada proyek pemberdayaan yang kurang berbasis budaya dan hanya mengutamakan komersialisasi. Harusnya berbagai proyek-proyek budaya termasuk misalnya festival budaya mestinya tidak mengabaikan sumber daya budaya dari masyarakat lokal setempat. Suara-suara seperti inilah yang harus dimiliki oleh suatu komunitas atau masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Dan ini sangat dibutuhkan dari adik-adik yang sekarang duduk dibangku kuliah saat ini. Agar pembangunan budaya tepat sasaran bagi masyarakat pendukungnya”, katanya.

BACA JUGA:Target PAD Diturunkan Jadi Rp1,113 Triliun

Vebri  juga mengatakan, berdasarkan panggilan hati nurasi, ia berjuang agar budaya dan sejarah tidak diabaikan dalam pembangunan di Sumsel. 

Salah satu upaya  dalam perjuangan budaya ini lanjut Vebri,  membentuk berbagai komunitas untuk lantang menyuarakan pembangunan budaya. 

Perjuangan budaya ini menurutnya baik dalam kritik halus terhadap pemerintah, maupun meningkatkan kehidupan sejarah, budaya dan seni di Sumsel.

BACA JUGA:Inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal (KIK)

"Misalnya, dalam menghidupkan kegiatan teather ia mendirikan kelompok Graha 176 dan teater Gaung.Demikian juga dalam merevitalisasi sastra tutur dan musik etnis di Sumsel agar diminati banyak orang, dirinya kata Vebri, juga  membentuk group Orkes Rejung Pesirah.  

Selain itu kata Vebri, i dalam menarasikan budaya, sejarah dan seni Sumsel menulis berbagai buku adat perkawinan, tari tradisional, sastra tutur, dulmuluk, gelar adat kebangsawan yang berbasis lokal Sumatera Selatan.

“Kita baru sadar, bahwa dibalik keberagaman budaya di Indonesia. Ada banyak persoalan dalam pembangunan kebudayaan yang mengarah pada ketidakselarasan dengan masyarakat lokal setempat. Dan para pejuang budaya harus tampil meluruskan agar pembangunan budaya tepat sasaran,” katanya.

Vebri sempat menceritakan bagaimana beliau dan kawan-kawan memperjuangkan agar eks gedung Societiet dapat menjadi gedung kesenian di Palembang. ***

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan