Menyiasati Defisit Air untuk Pertanian di Kaldera Gunung Batur Bali

Petani bawang merah memilah sebagian hasil panen di Desa Songan B, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Rabu (1/5/2024)-ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna-

Untuk itu, penambahan sumber air perlu dilakukan, salah satunya memanfaatkan air tanah dengan cara membuat sumur bor.

Tapi,  pemanfaatan air tanah itu membutuhkan biaya yang tak sedikit untuk pembangunan instalasinya.

“Jarang orang memberikan lintas pipa di pinggiran danau karena marak pembangunan vila di pinggiran danau,” kata Ketut Lama yang juga Ketua Kelompok Tani Sejati Desa Songan B itu.

Potensi air

Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (PPPE) Bali dan Nusa Tenggara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat Status Daya Dukung Air Pulau Bali pada 2021.

Dalam dokumen itu disebutkan total tampungan air danau dan waduk di Bali mencapai 1,036 juta meter kubik yang digunakan untuk irigasi dan keperluan konsumsi penduduk.

Di Bali terdapat empat danau yakni Danau Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan dan yang terbesar adalah Danau Batur.

Sedangkan air tanah, potensi di Bali mencapai 8.000 juta meter kubik. Potensi air tanah di Bali tersebar di delapan cekungan air tanah (CAT) dan khusus wilayah Kabupaten Bangli sebagian besar termasuk dalam CAT Denpasar-Tabanan.

Namun, wilayah utara Kecamatan Kintamani meliputi kawasan Kaldera Gunung Batur masuk dalam CAT Tejakula yang memiliki kapasitas aliran 188 juta meter kubik per tahun.

Meski begitu, kawasan Kaldera Gunung Batur termasuk daerah air tanah langka karena berkaitan dengan litologi penyusun daerah tersebut yang merupakan aliran lava basaltik. 

Apabila ditinjau berdasarkan ekosistem alami penyedia air, status air di Kabupaten Bangli pada 2025 diperkirakan surplus.

Kebutuhan air pada 2025 diperkirakan mencapai 2.382,05 liter per detik, sedangkan ketersediaan air dari ekosistem alami mencapai 9.750,27 liter per detik atau surplus sebesar 7.368,2 liter per detik.

Sementara itu, PPPE juga menyebutkan pengembangan penyediaan air dengan risiko minimal masih dapat dilakukan di Bangli namun, dengan nilai manfaat yang kecil bahkan minus.

Nilai manfaat minus itu berarti fungsi ekosistem tidak mampu mendukung penyediaan air yang ada di atasnya.

Dengan demikian, untuk mengembangkan infrastruktur air di wilayah itu membutuhkan investasi yang besar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan