Menyiasati Defisit Air untuk Pertanian di Kaldera Gunung Batur Bali
Petani bawang merah memilah sebagian hasil panen di Desa Songan B, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Rabu (1/5/2024)-ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna-
Mitigasi kekeringan
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Bali, memperkirakan awal musim kemarau 2024 bertahap mulai Maret 2024 di 20 zona (wilayah) musim di Pulau Dewata.
Secara umum, puncak musim kemarau itu terjadi pada Juli-Agustus 2024.
Menyikapi hal itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali I Made Rentin memetakan sejumlah langkah antisipatif jangka pendek, misalnya dengan penampungan air pada sisa musim hujan ini.
Pengelolaan air untuk lahan pertanian juga perlu dilakukan pengukuran yang cermat dan hemat agar dapat menekan risiko penurunan hasil panen.
Tak hanya itu, tapi juga perlu mempertimbangkan budi daya pertanian yang tak banyak mengonsumsi air.
BPBD Bali menyiagakan pula truk tangki air, toren atau tandon air hingga pompa air yang sewaktu-waktu dikerahkan untuk membantu menangani kekeringan.
Memastikan ketersediaan air khususnya untuk memenuhi kebutuhan pertanian adalah hal yang mutlak dilakukan di antaranya dengan memperkaya inovasi.
Inovasi itu misalnya dengan membangun jaringan irigasi baru, penyuluhan kepada masyarakat, hingga memastikan pengelolaan tata ruang wilayah yang baik, dengan memanfaatkan skema investasi inovatif dan dukungan untuk jangka panjang.
Tujuannya, untuk menekan dampak ekonomi hingga gesekan sosial yang berpotensi terjadi akibat kekeringan. ***