Wajib Tahu ! Anak Perempuan Rentan Mengalami Gangguan Dismorfik Tubuh Dibandingkan Laki-laki

--

BACA JUGA:Remaja Rentan Terhadap Adiksi : Ini Dampaknya Terhadap Kemampuan Kognitif Anak !

Meskipun penyebab pasti BDD belum sepenuhnya dipahami, para ahli percaya bahwa faktor-faktor seperti genetika, struktur otak, pengaruh budaya, dan pengalaman traumatis pada masa kecil, seperti pelecehan atau intimidasi, dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.

"Karena penderita BDD cenderung tidak secara spontan mengungkapkan gejala mereka, maka sangat penting bagi dokter untuk menggunakan alat skrining BDD dan bertanya langsung kepada mereka tentang masalah penampilan mereka," kata Krebs.

Lebih lanjut, melalui studi terbarunya, Krebs menganalisis data lebih dari 7.600 anak dan remaja yang menjadi bagian dari survei kesehatan di Inggris.

BACA JUGA:Luar Biasa! Bonggol Nanas Bisa Mengobati Nyeri Sendi, Simak caranya!

BACA JUGA:Bagi Penderita Diabetes, Habis Sahur Jangan Langsung Tidur agar Gula Darah Tidak Naik !

Survei tersebut mencakup pertanyaan tentang apakah anak tersebut pernah mengalami kekhawatiran tentang penampilannya. Responden yang menjawab sedikit atau banyak menjalani pemeriksaan tambahan untuk gangguan dismorfik tubuh.

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Academy of Child and Adolescent Psychiatry menunjukkan bahwa BDD mempengaruhi 1,8 persen anak perempuan dibandingkan dengan hanya 0,3 persen anak laki-laki.

Para peneliti juga mencatat bahwa sekitar 70 persen anak-anak yang didiagnosis dengan BDD juga mengalami setidaknya satu gangguan psikologis lain seperti kecemasan dan depresi.

Oleh karena itu, penting bagi pasien muda untuk menjalani skrining gangguan kecemasan dan depresi serta mendapatkan perawatan yang sesuai.

Selain itu, sekitar setengah atau 42 persen orang dengan BDD melaporkan melakukan tindakan menyakiti diri sendiri atau bahkan mencoba bunuh diri, dibandingkan dengan hanya 16 persen di antara mereka yang tidak menderita gangguan ini.

"Keasyikan akan penampilan adalah fenomena klinis yang signifikan, terkait dengan morbiditas yang substansial. Diperlukan peningkatan kesadaran akan BDD, meningkatkan praktik skrining, dan mengurangi hambatan terhadap pengobatan berbasis bukti," tulis para peneliti.

Dengan demikian, meningkatkan pemahaman tentang BDD dan meningkatkan akses terhadap perawatan yang tepat menjadi kunci dalam mengatasi gangguan dismorfik tubuh dan melindungi kesehatan mental anak perempuan, khususnya remaja, di masa yang akan datang.***

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan