Menyadarkan Arti Sejati Puasa: Lebih dari Sekadar Menahan Lapar dan Haus

Ilustrasi-Foto: Istimewa-

Sebagaimana yang disampaikan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ath Thabaroni, betapa banyak orang yang berpuasa namun hanya mendapatkan rasa lapar dan haus dari puasanya.

BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (13)

BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (14)

Salah satu contoh konkret dari penahanan diri dalam puasa adalah menjauhi perbuatan ghibah, yaitu membicarakan kejelekan, kesalahan, atau kekurangan orang lain.

Baik secara langsung maupun melalui media sosial, membicarakan hal-hal negatif tentang orang lain termasuk dalam perbuatan yang dilarang selama berpuasa.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan lima hal yang dapat membatalkan puasa, salah satunya adalah ghibah.

Untuk memahami lebih lanjut, Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pembatalan puasa dalam konteks ini adalah gugurnya pahala puasa, bukan batalnya secara fisik.

Jadi, penting bagi umat Islam untuk menjauhi segala bentuk perbuatan dan perkataan yang dapat membatalkan atau mengurangi pahala puasa mereka.

Dalam kesimpulan, puasa dalam Islam bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan kesempatan untuk menahan diri dari segala bentuk perbuatan dan perkataan yang diharamkan.

Dengan memahami hakikat sejati puasa, umat Islam dapat menjalani ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan ketakwaan kepada Allah SWT, sehingga pahala puasa mereka tidak sia-sia dan mendapatkan keberkahan yang dijanjikan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (sumber : mui.or.id)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan