Maut Datang Usai Nekat Telanjangi Nukit Tapanuli

Bukit yang longsor di Kelurahan Hutanabolon, Tukka, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara-Foto : M Riezko Bima Elko Prasetyo/antara -

Di Kelurahan Hutanabolon, kerusakan itu tampak jelas seperti luka yang tidak sempat dibalut. Hutan perbukitan telah lama dipangkas untuk sawit.

Kulit bukit yang dulu tebal kini hanya menyisakan garis-garis tipis yang mengarah pada kehancuran.

Di Lingkungan IV Hutanabolon, Asidin Sitompul (62), duduk seperti orang yang sedang mengingat sesuatu yang tak pernah ia bayangkan akan ia saksikan.

Ia bercerita bagaimana petani karet mulai meninggalkan pohon-pohon tua mereka sekitar sepuluh tahun lalu.

Harga getah karet terjun bebas hingga harga terendah, Rp10-12.000 per kilogram dari sebelumnya bisa menyentuh Rp20-27.000 per kilogram.

Asidin juga mengakui saat ini mayoritas petani karet (Hevea brasiliensis) dirundung gelisah karena tak hanya harga yang turun,  produktivitasnya pun berkurang.

Dari empat hektar kebun karet miliknya, hanya menghasilkan sekitar 2 ton saja.

Itu jauh menyusut dari sebelumnya yang bisa mencapai 3-4 ton per tahun. Dengan begitu penghasilan petani jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Di situlah kelapa sawit tampak seperti satu-satunya harapan warga yang tersisa.

Terpengaruh dari obrolan warung kopi tentang kisah sukses warga kampung sebelah yang jadi kaya raya nan sejahtera karena sawit.

Bahkan tanaman bernama latin Elaeis guineensis itu kini mulai menggantikan pohon durian yang dulu tumbuh lebat - memberi penghidupan bagi banyak warga Hutanabolon.

Kondisi itu dibenarkan oleh Polma Pakpahan, Lurah Hutanabolon, Kecamatan Tukka, Tapanuli Tengah.

Polma hanya bisa mengangguk ketika ditanya soal illegal logging dan alih fungsi lahan. Kayu dipotong, dijual diam-diam. Lahan dibuka luas-luas untuk sawit.

Ratusan hektare hutan hilang seakan tidak pernah ada, didorong oleh pemodal dari dalam dan luar Tapanuli.

"Banyak pemain-pemainnya di sini pak. Saya tidak bisa berbuat banyak," kata dia saat ditemui ANTARA. Ia bercerita dalam beberapa bulan terakhir pemerintah daerah tengah gencar menyosialisasikan larangan menanam sawit.  Namun, bukit-bukit itu sudah kadung dibabat yang akhirnya berbuah longsor.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan