Berpadu di Dapur Kapal Operasi SAR Sumatera

Suasana dapur umum KN GANESHA (SAR-105) untuk operasi SAR tanggap darurat bencana Sumatera Barat Sumatera Utara dan Aceh-Foto : ANTARA-

Perlengkapan itu cukup untuk mengolah dua karung beras besar, puluhan kilogram ikan tongkol, tumpukan sayur-mayur, dan berbagai bahan dapur yang harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan energi tinggi para penyelamat.

Getaran mesin ganda kapal membuat wajan dan panci sesekali bergeser, sementara susunan piring akrilik dan alat makan aluminium berdenging kompak ketika lambung kapal dihantam ombak.

Kondisi penuh guncangan ini tidak mengurangi keharusan untuk menyajikan tiga kali makan bagi seluruh personel yang berada di atas kapal sepanjang pelayaran.

Tanggung jawab itu berada pada Copra, anggota Basarnas dari Kantor SAR Jakarta, yang memimpin dapur tanpa kru resmi.

Ia mengatur setiap kebutuhan konsumsi dengan dukungan bergiliran dari para rescuer dan relawan yang lebih terbiasa memegang tali, dayung, atau peralatan evakuasi, dibandingkan pisau dan wajan.

Namun, dalam suasana serba terbatas, peran mereka beralih menjadi satu kesatuan yang menghidupkan dapur sebagai pusat kehangatan di tengah operasi berskala besar.

Ketika gelombang meninggi, ruang dapur menjadi tempat paling menantang.

Kapal bergoyang keras dan suhu panas dari kompor bercampur dengan udara lembap yang datang dari buritan.

Para relawan menahan badan dengan kedua kaki agar tetap seimbang, sementara tangan mereka tetap bergerak mengaduk tumisan atau menahan panci yang berpotensi terguling.

Kadang minyak panas menetes ketika wajan terpental sedikit, namun pekerjaan tidak boleh berhenti. Setiap piring yang tersaji berarti kekuatan tambahan bagi tim yang akan mengarah ke sektor bencana di daratan.

Menu untuk malam kedua ditetapkan berupa sayur asam, ikan goreng, dan sambal terasi.

Azti, relawan perempuan dari sebuah lembaga kemanusiaan berbasis di Jakarta, mengambil peran sebagai asisten dapur.

Ia membagi tugas kepada empat relawan pria senior yang berperawakan seram itu. Seseorang menanak nasi, seorang lainnya memotong sayur mengikuti ritme kapal, dan dua orang lagi mengolah bumbu.

Sementara Copra menyiangi ikan, dan yang lain memastikan dapur tetap bersih dan peralatan aman dari hentakan ombak.

Di ruang besi yang dingin, aktivitas itu justru menghadirkan suasana akrab. Relawan yang terbiasa menuruni tebing dengan tali kini sibuk mengupas bawang, sementara rescuer yang rutin menembus arus sungai mengiris cabai dengan hati-hati.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan