Bullying : Kegagalan Pendidikan Dalam Membangun Karakter

-foto:dokumen palpos-
Oleh : Ikhsan Tri Hidayah*
BERDASARKAN data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bullying masih menjadi masalah serius di Indonesia, dengan 40% siswa melaporkan pernah mengalami bullying di sekolah.
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang siswi terhadap teman sekolahnya sendiri menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang seharusnya menjadi prioritas utama dalam sistem pendidikan kita belum berjalan efektif.
BACA JUGA:Menjaga Adat Istiadat dengan Literasi Budaya Sejak Sekolah Dasar
BACA JUGA:Dari Bosan Jadi Seru: Sensory Showdown dan Masa Depan Pembelajaran Indonesia
Penyebab utama terjadinya bullying adalah kurangnya pendidikan karakter dan empati terhadap sesama.
Siswa yang tidak diajarkan untuk menghargai dan menghormati orang lain akan cenderung melakukan tindakan kekerasan ketika merasa tersinggung atau tidak puas.
Dalam kasus ini, motif bullying adalah kesalahan pengiriman stiker WhatsApp yang kemudian dihapus oleh korban.
BACA JUGA:Siklus Air: Perjalanan Air yang Menentukan Hidup Kita
BACA JUGA:Strategis Pendidikan Vokasi Politeknik Penerbangan Palembang dalam Pengembangan SDM Penerbangan
Ini menunjukkan bahwa pelaku tidak dapat mengelola emosinya dengan baik dan memilih untuk melakukan kekerasan sebagai bentuk balas dendam.
Untuk mencegah terjadinya bullying, sekolah dan pemerintah harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua siswa.
Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
BACA JUGA:Citra Pemimpin, Antara Obsesi, Realitas dan Utopia