Serangan Burung Pipit Ancam Produksi Padi, Petani Ogan Ilir Lakukan Berbagai Upaya Pengendalian

Petani padi di Ogan Ilir lakukan pengusiran butung pipit-foto:dokumen palpos-
BACA JUGA:BP Taskin Dorong Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Desa sebagai Strategi Atasi Kemiskinan
Mengendalikan burung pipit (Lonchura spp.) di sawah memang bukan persoalan baru. Burung ini menyerang terutama saat tanaman padi memasuki fase masak susu hingga menjelang panen.
Serangan yang dilakukan ratusan ekor sekaligus mampu menimbulkan kerugian besar.
“Salah satu pendekatan tradisional yang masih digunakan adalah pemasangan orang-orangan sawah. Namun efektivitasnya berkurang jika tidak digerakkan,” ujarnya.
Selain orang-orangan sawah, petani juga mulai memanfaatkan kepingan CD atau DVD bekas yang digantung di atas tanaman padi.
Pantulan cahaya dari permukaan CD mampu menimbulkan efek silau yang membuat burung enggan mendekat. Cara ini cukup efektif terutama saat intensitas cahaya tinggi di pagi hingga siang hari.
Metode serupa juga dilakukan dengan memasang plastik mengkilap di area pertanaman.
Ego menambahkan, metode bunyi-bunyian juga bisa diterapkan, seperti kaleng yang diikat dengan tali atau pemasangan tali perak di atas areal sawah.
“Selain itu, untuk perlindungan yang lebih langsung, jaring juga bisa digunakan meski membutuhkan biaya dan tenaga lebih,” jelasnya.
Strategi lain yang tidak kalah penting adalah memanfaatkan predator alami seperti burung elang atau burung hantu.
Beberapa petani bahkan memasang tiang tinggi agar predator dapat hinggap dan memangsa burung pipit.
Monitoring intensif menjelang masa panen juga sangat penting agar strategi pengendalian lebih presisi dan efektif di musim berikutnya.
Pengendalian burung pipit, lanjut Ego, sebaiknya dilakukan secara kolektif, bukan perorangan.