Nasi Kuning: Kuliner Tradisional Nusantara yang Sarat Filosofi dan Kaya Rasa

Nasi kuning tumpeng, sajian tradisional Nusantara yang tidak hanya lezat tetapi juga sarat makna filosofis dan simbol kebersamaan-foto:Istimewa-
Lebih dari sekadar hidangan, nasi kuning memiliki makna sosial dan budaya yang erat.
Dalam acara syukuran, nasi kuning tumpeng sering diletakkan di tengah dan kemudian dipotong oleh orang yang dihormati.
Potongan pertama biasanya diberikan kepada tamu penting atau anggota keluarga tertentu sebagai simbol penghormatan.
Tradisi ini mencerminkan nilai kebersamaan, rasa syukur, serta doa agar kehidupan yang dijalani penuh keberkahan.
Selain lezat dan sarat makna, nasi kuning juga memiliki manfaat kesehatan berkat bahan-bahan alaminya.
Kunyit sebagai pewarna alami mengandung kurkumin yang dikenal memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi.
Santan memberikan energi dari lemak sehat, sementara lauk pauk pendamping seperti ayam, telur, dan sayur melengkapi kebutuhan protein dan serat.
Namun, karena penggunaan santan cukup tinggi, konsumsi nasi kuning sebaiknya tidak berlebihan, terutama bagi penderita kolesterol tinggi.
Meski zaman terus berubah, nasi kuning tetap menjadi favorit banyak orang.
Di berbagai kota, hidangan ini mudah ditemukan di warung makan, katering, hingga restoran modern.
Bahkan, nasi kuning sering dipilih sebagai menu sarapan karena dianggap praktis, mengenyangkan, dan bergizi.
Media sosial turut berperan dalam melestarikan popularitas nasi kuning.
Banyak foto nasi kuning tumpeng dengan dekorasi cantik beredar, menjadikannya sajian yang bukan hanya lezat tapi juga estetik.
Pelestarian nasi kuning sebagai salah satu warisan kuliner nusantara sangat penting dilakukan.
Generasi muda perlu diperkenalkan pada nilai budaya yang terkandung dalam setiap sajian tradisional.