Ketika Judol Bertemu Pinjol

Ketika Judol Bertemu Pinjol-foto:dokumen palpos-

Direktur Utama Bank BTN, Nixon L.P. Napitupulu, pernah mengungkapkan fakta bahwa sekitar 30 persen aplikasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi ditolak karena riwayat kredit yang buruk.

Penyebabnya seringkali adalah tunggakan pinjol atau paylater. Bayangkan seorang kepala keluarga muda yang telah menabung bertahun-tahun, mimpinya untuk memiliki rumah hancur hanya karena tunggakan sebesar beberapa ratus ribu rupiah yang terlupakan.

Bagi perbankan, ini bukan soal nominal, melainkan cerminan "karakter" dan kedisiplinan finansial yang terekam permanen di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).

Kalangan mahasiswa juga menjadi kelompok yang sangat rentan. Terjepit antara tuntutan biaya kuliah, sewa kamar kos, dan tekanan sosial untuk tidak ketinggalan zaman, mereka melihat pinjol sebagai solusi instan.

Kurangnya literasi keuangan membuat mereka seringkali tidak memahami risiko bunga tinggi dan denda keterlambatan.

Stres akibat teror notifikasi tagihan dapat mengganggu konsentrasi saat mengikuti perkuliahan dan bahkan menyebabkan mereka terpaksa berhenti kuliah, mengubur potensi terbaik bangsa.

Pemerintah, melalui berbagai lembaga, terus berupaya memitigasi risiko ini.

OJK secara aktif mengawasi industri pinjol legal, salah satunya dengan melakukan penyaringan ketat dan mencabut izin usaha platform yang bermasalah.

Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Judi Online juga gencar melakukan pemblokiran situs dan pembekuan rekening, meskipun menghadapi tantangan berat seperti situs yang terus muncul dengan nama baru.

Namun, semua upaya ini tidak akan cukup tanpa peran aktif dan kewaspadaan dari masyarakat sendiri.

Pilihan, keseimbangan, dan keberkahan

Di luar data dan statistik, ada sebuah prinsip universal yang relevan untuk kita renungkan, yakni "Hukum Keseimbangan".

Prinsip ini mengajarkan bahwa setiap tindakan akan membawa konsekuensinya.

Praktik judol adalah contoh nyata dari upaya mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Ia menjanjikan "lebih" secara instan, namun pada akhirnya selalu menagih "utang" tak terlihat dalam bentuk kerugian finansial yang lebih besar, rusaknya hubungan keluarga, dan hilangnya ketenangan batin.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan