Ketika Judol Bertemu Pinjol

Ketika Judol Bertemu Pinjol-foto:dokumen palpos-
Demikian pula dengan jerat utang dari pinjol ilegal atau penggunaan pinjol legal yang tidak bijak untuk gaya hidup.
Keuntungan sesaat dari dana instan seringkali harus dibayar dengan bunga yang mencekik dan tekanan mental, seolah alam semesta menyeimbangkan kembali jalan pintas yang diambil dengan konsekuensi yang setimpal.
Sebaliknya, jalan yang mungkin terasa lebih lambat — bekerja dengan jujur, mengelola keuangan dengan cermat, dan membangun sesuatu dengan integritas — adalah bentuk "simpanan kebaikan".
Ia membangun fondasi yang kokoh, di mana ketenangan batin dan kepercayaan menjadi imbalan yang tak ternilai.
Menariknya, prinsip ini bukan hanya sekadar nasihat spiritual. Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Behavioral and Experimental Economics oleh Juliane V. Wiese (2023) menemukan bukti ilmiah yang kuat.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketika partisipan diingatkan pada konsep karma — keyakinan bahwa perbuatan baik atau buruk akan membawa konsekuensi setimpal — mereka menunjukkan kecenderungan yang signifikan untuk bersikap lebih jujur dan menghindari kebohongan demi keuntungan pribadi.
Temuan ini menguatkan bahwa kesadaran akan adanya "keseimbangan" dapat menjadi mekanisme psikologis yang efektif untuk mendorong integritas.
Memilih untuk tidak mengambil jalan pintas melalui judol atau utang konsumtif bukan hanya soal menghindari masalah finansial.
Secara fundamental, itu adalah pilihan untuk membangun hidup di atas fondasi yang adil dan seimbang, sebuah strategi yang terbukti secara ilmiah dan spiritual dapat mendatangkan keberkahan dan ketenangan jangka panjang.*