Masyarakat Negeri Agraris

Salah satu petani sehingga Indonesia dianggap sebagai masyarakat negeri agraris-Foto : ANTARA-

Sistem yang berfokus pada kerja sama dengan alam bukan melawannya (buah pikir Bill Mollison) untuk mencapai produksi pangan yang efisien dan ramah lingkungan.

Bertujuan menciptakan sistem pertanian dan permukiman mandiri.

Desain sistemnya terintegrasi mirip dengan ekosistem alami, di mana semua elemen saling mendukung dan siklus alami terjaga.

Salah satu contoh konsep permakultur seperti sistem irigasi Subak dan teraseringnya di Bali yang memiliki kekhasan dan daya tarik tersendiri.

Jika pun tidak memiliki hal-hal di atas (teknologi+lahan luas) jangan buru-buru patah arang.

Ketiadaan teknologi membuat aktivitas bertani menjadi cara untuk mengakrabi bumi, bercocok tanam secara manual menggunakan segenap anggota badan yang telah Tuhan anugerahkan untuk kita. 

Dengan tanah pekarangan seadanya, kita masih bisa seseruan mencangkul, mencakar-cakar tanah dengan tangan untuk sekadar menanam cabai yang sesekali jadi pemicu inflasi, atau tomat yang kala berbuah dan matang tampak ranum sedap dipandang mata.

Bertani di pekarangan rumah bukan hanya perkara mengurangi uang belanja karena apa-apa harus beli, melainkan mampu mendatangkan kepuasan hati, sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Bertani meski dalam skala mini, membuat kita terlibat dalam proses menanam, merawat, hingga memetik buah atau hasilnya.

Berlanjut dengan proses memasaknya di dapur untuk kemudian dihidangkan ke meja makan dan menyantapnya bersama keluarga.

Dengan mengikuti proses panjang hingga menu makanan terhidang, mengajarkan kita untuk makan berkesadaran. Hal baik yang dapat ditularkan pada segenap anggota keluarga bahkan tetangga.

Setiap suapan makanan ada cerita di baliknya, dari mana nasi berasal, bagaimana menanam padi dan tantangan dalam perawatannya hingga panen lalu digiling menjadi beras. 

Secolek sambal pun turut menyumbang cerita, seperti apa sulitnya menanam cabai dan tomat secara organik sebab harus menghalau hama tanpa pestisida kimia.

Saat mulai berbuah, belum sempat matang sudah dicicip oleh ulat, dan seterusnya.

Bayangkan, ketika makan sepiring nasi lengkap dengan sayur serta lauk dari protein nabati dan hewani, akan seberapa panjang cerita proses kehadirannya ke meja makan yang dapat kita cerna hingga menghadirkan rasa syukur atas nikmat tak terhingga dari Sang Pemilik Alam.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan