Masyarakat Negeri Agraris

Salah satu petani sehingga Indonesia dianggap sebagai masyarakat negeri agraris-Foto : ANTARA-

Gaya hidup yang selaras dengan alam akan membuahkan kesejahteraan. Karena alam akan “memberi” sebaik kita memperlakukannya.

Jika kita bergumul dengannya, bercocok tanam lalu merawatnya penuh dedikasi, maka alam juga akan menghasilkan panen berlimpah dengan bahan pangan yang berkualitas bagus dan menyehatkan.

BACA JUGA:Rute Palembang–Kuala Lumpur Kembali Dibuka, Gubernur Herman Deru: Ini Simbol Kebangkitan Ekonomi Sumsel !

BACA JUGA:Gubernur Herman Deru: Palembang Siap Jadi Pintu Gerbang Asia Tenggara

Sebaliknya, bila manusia zalim padanya, menutup lahan pertanian dengan beton, atau memaksa tanaman tumbuh lebih cepat dengan berbagai obat kimia yang merusak kesuburan tanah, maka balasan yang pedih pada saatnya akan datang.

Berkurang dan rusaknya lahan pertanian, gagal panen, atau waktunya panen malah diterjang banjir, itu barulah sedikit peringatan dari alam akibat tak memperhatikan keselarasan hidup dengannya.

Oleh karena setiap orang membutuhkan makan dan kebutuhan pangan merupakan salah satu pengeluaran utama dalam daftar belanja keluarga, mengapa tidak memikirkan solusi jangka panjang agar tak mengalami kesulitan dalam menjangkau bahan pangan.

Mengingat jumlah orang yang menggeluti usaha pertanian relatif sedikit, sehingga kita harus bergantung pada yang minoritas itu. 

BACA JUGA:Gubernur Herman Deru: Palembang Siap Jadi Pintu Gerbang Asia Tenggara

BACA JUGA:Gubernur Herman Deru: Palembang Siap Jadi Pintu Gerbang Asia Tenggara

Kemudian keberadaan ladang pertanian yang tidak merata di setiap wilayah, membuat masyarakat yang membutuhkan komoditas tertentu harus menanti distribusi dari daerah lain. 

Rantai distribusi yang tak jarang panjang menimbulkan biaya tinggi, dan turut berpengaruh pada harga barang.

Belum lagi fluktuasi harga yang lazim terjadi pada momen hari-hari besar, seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Hari Natal dan lainnya.

Apakah berbagai kendala ketersediaan dan keterjangkauan pangan itu terus diizinkan mengganggu kesejahteraan kita?

Apakah komoditas pangan yang beberapa di antaranya kadang tiba-tiba langka atau harganya naik tak masuk akal, kita anggap lumrah karena sudah biasa terjadi?.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan