Garnish: Sentuhan Akhir yang Menjadi Daya Tarik Utama dalam Dunia Kuliner

Garnish: Sentuhan Akhir yang Menjadi Daya Tarik Utama dalam Dunia Kuliner-foto : tangkapan layar ig,--
Banyak restoran kini menghindari penggunaan garnish yang tidak bisa dimakan (non-edible garnish) dan lebih memilih bahan alami yang benar-benar bisa dikonsumsi.
Hal ini sesuai dengan kesadaran konsumen yang semakin tinggi terhadap keberlanjutan dan kesehatan.
Media sosial juga berperan besar dalam meningkatkan popularitas garnish.
Platform seperti Instagram dan TikTok dipenuhi dengan konten visual makanan yang menawan dan garnish memainkan peran utama dalam menciptakan kesan pertama yang mengesankan.
BACA JUGA:Ruku Ruku: Tradisi Unik dari Palembang yang Memiliki Makna Mendalam
BACA JUGA:Daftar 10 Kabupaten dan Kota Paling Tajir di Sumatera Selatan 2025 : Siapa Paling Boros ?
Tidak jarang, makanan viral di media sosial dipicu oleh kreativitas dalam penyajian garnish-nya.
Meski demikian, tidak semua garnish cocok untuk semua hidangan.
Keseimbangan rasa, warna dan tekstur harus tetap diperhatikan agar garnish tidak justru mengganggu kenikmatan makanan utama.
Kunci utamanya adalah proporsionalitas dan keharmonisan.
BACA JUGA:Siraman Adat Sunda Tradisi Sakral Menjelang Hari Bahagia
BACA JUGA:Daun Pisang, Warisan Alam yang Serbaguna dan Ramah Lingkungan
Dengan perkembangan dunia kuliner yang semakin pesat, garnish bukan lagi sekadar “hiasan”.
Ia kini menjadi bagian integral dari seni memasak yang mempertemukan keindahan visual, kelezatan rasa dan pengalaman multisensori yang memikat.
Dalam setiap piring yang tersaji garnish berbicara dalam bahasa keindahan yang bisa dirasakan sebelum suapan pertama pun dimulai.*