Penuaan dan Kehamilan Picu Pelemahan Otot Panggul : Waspadai Dampaknya Sejak Dini !

Spesialis Obyn Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Dr. dr. Fernandi, SpOG (K) -Foto : ANTARA-
KORANPALPOS.COM - Seiring bertambahnya usia dan pengalaman kehamilan, perempuan dihadapkan pada risiko melemahnya otot panggul, suatu kondisi yang dapat memengaruhi kualitas hidup jika tidak ditangani dengan tepat.
Hal ini diungkapkan oleh Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Dr. dr. Fernandi, Sp.OG (K), dalam perbincangan bersama ANTARA di Jakarta, Rabu (29/5).
Menurut dr. Fernandi, faktor usia merupakan salah satu penyebab utama pelemahan otot dasar panggul.
“Sebetulnya sepanjang nanti perempuan itu makin menginjak usia lanjut, hormon sudah habis, dia sudah melemah semua organ-organnya (termasuk pelemahan otot panggul),” ujarnya.
BACA JUGA:Pola Makan Rendah Karbohidrat Bisa Kurangi Peradangan Kronis
BACA JUGA:Merangsang Pembentukan Hormon dan Perbaiki Kualitas Sperma dengan Daun Katuk
Otot dasar panggul berperan penting dalam menopang berbagai organ vital dalam tubuh perempuan seperti kandung kemih, rahim, dan rektum.
Ketika fungsi otot ini menurun, organ-organ tersebut bisa bergeser dari posisi normalnya, memicu berbagai keluhan, termasuk inkontinensia urin (sulit menahan buang air kecil), nyeri panggul, hingga kondisi prolaps organ panggul, yaitu turunnya posisi rahim ke arah vagina.
Tak hanya pertambahan usia, kehamilan juga turut menyumbang penurunan kekuatan otot panggul. Dr. Fernandi menjelaskan, selama kehamilan, otot panggul bekerja lebih keras untuk menopang beban tambahan, yakni janin dalam kandungan.
BACA JUGA:Tingkatkan Kecerdasan Otak dan Hindari Pikun dengan Ikan Betok
BACA JUGA:Minuman Kemasan Bukan Pemicu Utama Penyakit Ginjal: Obesitas dan Gaya Hidup Lebih Dominan !
Tekanan dari rahim yang membesar serta proses persalinan — terutama persalinan normal — akan memberikan dampak signifikan terhadap kekuatan dan elastisitas otot panggul.
“Otot tersebut saat bayinya lahir harus meregang supaya bayinya lahir,” jelasnya.
Namun, jika bayi berukuran besar, yakni lebih dari 3,5 hingga 4 kilogram, otot panggul dapat mengalami peregangan melampaui ambang batas elastisitas.