Waspada Fenomena Kemarau Basah: Prediksi BMKG Sumsel Mulai Juni 2025 !

Ilustrasi cuaca musim kemarau basah-Foto : Istimewa-

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Sumsel Nandang di Palembang, Senin (26/5), mengatakan berdasarkan analisis klimatologi terkini pada dasarian II Mei 2025, perkembangan musim di wilayah Sumsel masih dalam periode masa peralihan musim dari musim hujan ke kemarau.

Tercatat hanya di zona musim 133 yaitu wilayah Kabupaten Empat Lawang dan sebagian kecil Kabupaten Lahat yang sudah memasuki awal musim kemarau pada pengujung Mei 2025 ini.

Kondisi iklim Sumsel saat ini masih banyak pertumbuhan awan akibat perbedaan suhu udara yang signifikan pada pagi hingga siang hari.

"Proses konvektif yang tinggi pada pagi hingga siang hari akibat intensitas radiasi matahari, menyebabkan pertumbuhan potensi hujan lokal pada sore hingga malam hari," katanya.

Ia menambahkan fenomena MJO diperkirakan konsisten berada di wilayah selatan Indonesia hingga beberapa hari mendatang.

Aktivitas gelombang Rossby Ekuatorial dan Kelvin juga diprakirakan masih berpropagasi di wilayah Indonesia hingga sepekan ke depan.

Adapun istilah kemarau basah yakni pada dasarnya musim kemarau adalah tingkat penurunan curah hujan pada suatu wilayah hingga titik terendah secara berkala dan konsisten selama minimal 2 dasarian berturut - turut terhadap normal yang dapat diartikan musim kemarau bukan tidak ada hujan pada periode tersebut.

Namun, katanya, tetap ada hujan dengan jumlah curah hujan tidak mencukupi untuk kebutuhan aspek kehidupan luasan wilayah tersebut sehingga menyebabkan dampak yang disebut kekeringan.

"Kemarau basah hampir diseluruh wilayah Sumatera Selatan terdampak, sehingga perlu masyarakat memonitor informasi terkini yang selalu dikeluarkan BMKG agar dapat mengantisipasi kondisi tersebut," katanya.

Ia menyebutkan berdasarkan prediksi awal musim kemarau di wilayah Sumsel secara umum tahun ini akan masuk di bulan Juni 2025 dan musim kemarau diprediksi akan berlangsung hingga bulan September 2025 dengan prakiraan puncak musim kemarau pada Juli, Agustus, dan September 2025.

Sementara itu, kemarau basah yang diprediksi akan melanda sejumlah wilayah termasuk di Sumsel mulai Juni 2025 mendatang, patut diwaspadai, terutama karena potensi meningkatnya sejumlah penyakit.

Pemerhati Kesehatan Sumsel, dr Anton Suwindro, mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap ancaman berbagai penyakit yang kerap muncul pada kondisi cuaca seperti ini.

Menurut dr Anton, musim kemarau basah merupakan fenomena di mana curah hujan masih cukup tinggi meskipun berada dalam periode kemarau.

Kondisi ini menciptakan lingkungan yang lembap dan tidak stabil, sehingga menjadi medium yang subur bagi berkembangnya berbagai bibit penyakit.

“Potensi penyakit yang harus diwaspadai selama musim kemarau basah cukup banyak. Salah satunya adalah penyakit diare dan infeksi saluran pencernaan. Ini terjadi karena kondisi air yang tidak bersih dan mudah terkontaminasi saat kemarau basah, seperti air hujan yang tercampur kotoran atau limbah,” ujar dr Anton.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan