Kerupuk Kulit Sapi: Camilan Tradisional Gurih yang Tetap Digemari di Tengah Gempuran Makanan Modern

Kerupuk kulit sapi bukan sekadar camilan, tapi warisan kuliner Nusantara yang terus hidup di tengah zaman modern-foto:Istimewa-
BACA JUGA:Oleh-Oleh Khas Yogyakarta, Cita Rasa Tradisional yang Selalu Dirindukan
Proses pengeringan ini sangat penting untuk menghasilkan kerupuk yang renyah saat digoreng.
Selanjutnya, kulit sapi kering digoreng dalam minyak panas dengan suhu tertentu. Inilah tahap paling menentukan, karena kulit akan langsung mengembang dan menjadi renyah dalam hitungan detik.
Setelah ditiriskan, kerupuk kulit siap dikemas atau dibumbui lebih lanjut untuk menambah cita rasa, seperti rasa balado, pedas manis, atau barbeque.
Keunikan dari kerupuk kulit sapi terletak pada teksturnya yang renyah namun tidak keras, serta rasa gurih alami dari kolagen dalam kulit sapi.
Tak heran, camilan ini juga telah menembus pasar mancanegara, terutama di kalangan diaspora Indonesia yang rindu cita rasa kampung halaman.
Di beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, dan bahkan Amerika Serikat, kerupuk kulit kerap dijual di toko-toko makanan Asia.
Permintaan yang terus meningkat membuat pelaku UMKM di Indonesia mulai serius mengekspor produk ini ke luar negeri.
Selain menjadi camilan favorit, kerupuk kulit sapi juga menyimpan potensi ekonomi yang besar. Banyak pelaku UMKM di berbagai daerah menggantungkan hidup dari industri rumahan pembuatan kerupuk kulit.
Dengan modal yang relatif kecil dan bahan baku lokal, mereka bisa meraup keuntungan signifikan.
Beberapa pengusaha bahkan telah melakukan inovasi dalam pengemasan dan pemasaran, termasuk menjual produk secara online melalui marketplace dan media sosial. Hal ini terbukti mampu memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan pendapatan.
Meski tergolong camilan, kerupuk kulit sapi memiliki kandungan kolagen yang cukup tinggi.
Kolagen merupakan protein penting yang bermanfaat bagi kesehatan kulit, sendi, dan tulang. Namun, konsumsi kerupuk kulit tetap harus dibatasi karena mengandung lemak jenuh yang tinggi jika dikonsumsi berlebihan.
Pakar gizi menyarankan agar kerupuk kulit dikonsumsi dalam jumlah sedang sebagai pelengkap makanan, bukan sebagai makanan utama.
Industri kerupuk kulit sapi menghadapi tantangan tersendiri, terutama dalam hal ketersediaan bahan baku yang berkualitas dan persaingan dengan camilan modern.