Jangan Khawatir ! Penyakit Peradangan Usus Bisa Disembuhkan

Reporter: Dahlia |

Editor: Maryati |

Senin , 19 May 2025 - 20:47

Ilustrasi penderita radang usus-Foto : ANTARA-

Risiko ini biasanya muncul pada pasien yang mengalami peradangan kronis dalam jangka waktu yang sangat lama, hingga puluhan tahun.

“Kalau peradangannya tidak terkendali dalam waktu lama, memang ada peningkatan risiko berkembang menjadi kanker kolon. Karena itu sangat penting bagi pasien untuk terus menjalani pemantauan rutin,” katanya.

IBD memang termasuk dalam kelompok penyakit autoimun, yakni kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri.

Namun, dr. Hasan menegaskan bahwa penyebab IBD tidak hanya terbatas pada faktor autoimun.

“Autoimun adalah salah satu kontribusi, tapi faktor lain seperti kebersihan lingkungan, pola makan, dan faktor genetik juga sangat berperan,” paparnya.

Makanan tinggi lemak, minim serat, serta paparan zat aditif dalam makanan olahan disebut sebagai faktor pemicu yang semakin sering ditemukan dalam kehidupan modern.

Hal ini menjelaskan meningkatnya prevalensi IBD, tidak hanya pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak.

“Kita sekarang melihat peningkatan IBD pada anak-anak, yang menjadi perhatian khusus. Pola makan anak-anak sekarang kan banyak mengandung lemak, gula, dan makanan olahan,” ungkap dr. Hasan.

Sebagai langkah pencegahan, dr. Hasan menyarankan masyarakat untuk mulai menerapkan pola hidup sehat secara konsisten.

Makanan bergizi seimbang, kaya serat, rendah lemak, serta olahraga teratur dapat membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan dan menurunkan risiko inflamasi.

“Gaya hidup sehat itu bukan hanya untuk pencegahan IBD, tapi juga untuk menghindari komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan pada pasien yang sudah terkena,” tegasnya.

jangan khawatir ! penyakit peradangan usus  bisa disembuhkan                              koranpalpos.com - penyakit inflammatory bowel disease (ibd) atau peradangan usus masih menjadi tantangan kesehatan yang serius karena dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak.
namun, menurut pakar penyakit dalam dari rumah sakit cipto mangunkusumo kencana, dr. dr. hasan maulahela, sp.pd-kgeh, ibd dapat disembuhkan atau dikendalikan secara optimal selama pasien mendapatkan perawatan yang tepat dan menjaga pola hidup sehat.
dalam sebuah diskusi daring yang digelar pada senin (19/5), dr. hasan menjelaskan bahwa target utama penanganan ibd adalah mencapai kondisi remisi, yakni kondisi di mana gejala peradangan hilang sepenuhnya dan pasien dapat kembali menjalani kehidupan normal tanpa gangguan.
“ibd secara umum memang targetnya adalah remisi. dalam istilah awamnya, itu bisa dibilang sembuh total. tapi tetap membutuhkan perawatan jangka panjang untuk mencegah kekambuhan,” ujar dr. hasan.
baca juga:tingkatkan nafsu makan dan obati maag dengan bunga pepaya
baca juga:sembuhkan penyakit kulit dengan jus rumput gandum
lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ibd tidak hanya menyerang saluran cerna, khususnya usus besar dan usus halus, tetapi juga dapat berdampak pada organ lain seperti sendi, kulit, dan mata.
oleh karena itu, terapi terhadap ibd perlu dilakukan secara menyeluruh dan tidak hanya berfokus pada gejala usus saja.
dalam kasus tertentu, pengobatan ibd tidak cukup hanya dengan terapi obat.
tindakan operasi mungkin diperlukan apabila terjadi penyumbatan atau penyempitan saluran pencernaan yang tidak bisa diatasi melalui prosedur endoskopi.
baca juga:begini cara mencegah penularan tuberkulosis
baca juga:redakan nyeri rematik dan asam urat dengan timun
“operasi dilakukan kalau ada komplikasi seperti striktur atau penyempitan usus yang tidak responsif terhadap pengobatan,” jelasnya.
dr. hasan juga mengingatkan bahwa pasien ibd yang tidak menjalani terapi secara konsisten dan tidak mengontrol peradangannya berisiko terkena komplikasi serius seperti kanker kolorektal (kanker usus besar).
risiko ini biasanya muncul pada pasien yang mengalami peradangan kronis dalam jangka waktu yang sangat lama, hingga puluhan tahun.
“kalau peradangannya tidak terkendali dalam waktu lama, memang ada peningkatan risiko berkembang menjadi kanker kolon. karena itu sangat penting bagi pasien untuk terus menjalani pemantauan rutin,” katanya.
baca juga:jaga marwah institusi, kapolres lubuklinggau pimpin langsung apel ptdh terhadap anggotanya
baca juga:jus alpukat: solusi diet alami yang lezat dan menyehatkan
ibd memang termasuk dalam kelompok penyakit autoimun, yakni kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri.
namun, dr. hasan menegaskan bahwa penyebab ibd tidak hanya terbatas pada faktor autoimun.
“autoimun adalah salah satu kontribusi, tapi faktor lain seperti kebersihan lingkungan, pola makan, dan faktor genetik juga sangat berperan,” paparnya.
makanan tinggi lemak, minim serat, serta paparan zat aditif dalam makanan olahan disebut sebagai faktor pemicu yang semakin sering ditemukan dalam kehidupan modern.
baca juga:sehatkan mata dan tulang dengan pisang emas 
baca juga:jus alpukat: solusi diet alami yang lezat dan menyehatkan
hal ini menjelaskan meningkatnya prevalensi ibd, tidak hanya pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak.
“kita sekarang melihat peningkatan ibd pada anak-anak, yang menjadi perhatian khusus. pola makan anak-anak sekarang kan banyak mengandung lemak, gula, dan makanan olahan,” ungkap dr. hasan.
sebagai langkah pencegahan, dr. hasan menyarankan masyarakat untuk mulai menerapkan pola hidup sehat secara konsisten.
makanan bergizi seimbang, kaya serat, rendah lemak, serta olahraga teratur dapat membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan dan menurunkan risiko inflamasi.
“gaya hidup sehat itu bukan hanya untuk pencegahan ibd, tapi juga untuk menghindari komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan pada pasien yang sudah terkena,” tegasnya.
ia juga mendorong masyarakat untuk tidak menyepelekan gejala-gejala awal seperti diare kronis, nyeri perut, penurunan berat badan tanpa sebab, atau kelelahan berlebihan.
gejala-gejala tersebut bisa menjadi indikasi awal ibd dan perlu segera diperiksakan ke dokter.
“semakin dini diketahui dan diobati, semakin besar peluang pasien untuk mencapai remisi dan hidup normal,” tutupnya. (ant)

Tag

Share

Koran Terkait

Kembali ke koran edisi Palembang Pos 20 Mei 2025

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan