Kisah Orang Lombok Bertaruh Mimpi di Negeri Jiran
Seorang pekerja migran asal Lombok memikul buah sawit pada kawasan perkebunan kelapa sawit di Selangor, Malaysia, Senin (9/12/2024). -(ANTARA/Sugiharto Purnama)-
Dari total 2.013 hektare lahan yang dimiliki oleh perusahaan itu, jumlah pekerja asal Indonesia mendominasi, dengan komposisi mencapai 43 persen dari keseluruhan pekerja yang mencapai 2.000 orang.
Mayoritas pekerja migran Indonesia di wilayah itu berasal dari Pulau Lombok.
Sebagai perusahaan yang mengusung keberlanjutan, pihaknya selalu memberikan perlindungan dan keamanan kepada setiap pekerja migran dengan asuransi kesehatan, perumahan, dan gaji yang layak.
Aktivitas perkebunan secara perlahan mulai beralih dari tradisional menjadi modern menggunakan mesin agar lebih efisien dan pekerja tidak terlalu letih.
Dari tahun ke tahun, para pemuda Lombok silih berganti mengisi ruang-ruang kosong pekerjaan kasar di negeri jiran itu.
Mereka datang dengan mimpi besar untuk memperbaiki ekonomi keluarga, namun tidak sedikit yang menjadi pekerja migran untuk melihat dunia luar dengan lebih leluasa.
Ingin Pulang
Arjunika Hendra (22 tahun) mengubur dalam-dalam impiannya untuk bekerja di dalam negeri karena gagal masuk polisi dan tentara.
Selama dua tahun, usai menamatkan pendidikan sekolah menengah atas, dia mengikuti beragam tes agar masuk militer, namun garis tangan berkata lain.
Pada Agustus 2022, Hendra memutuskan berangkat ke Malaysia menjadi pekerja migran bidang perkebunan kelapa sawit, mengikuti jejak abang dan sepupu.
Pemuda jangkung asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, itu bertugas memasukkan buah yang sudah dipetik ke dalam truk dengan gaji sekitar 2.500 ringgit atau Rp8,96 juta per bulan.
Cerita tentang gaji besar selalu menarik perhatian para pemuda Lombok untuk menjemput mimpi di luar negeri.
Meski rumput tetangga lebih hijau, namun di dalam hati kecil mereka tetap lebih enak berada di kampung halaman.
Daya tahan pekerja migran muda Lombok rata-rata hanya sanggup tiga tahun.
Banyak perusahaan perkebunan di Malaysia mengakui bahwa pekerja migran Lombok punya kemampuan di atas rata-rata pekerja migran lain dan berharap mereka tidak undur diri lebih cepat.