Kisah Orang Lombok Bertaruh Mimpi di Negeri Jiran
Seorang pekerja migran asal Lombok memikul buah sawit pada kawasan perkebunan kelapa sawit di Selangor, Malaysia, Senin (9/12/2024). -(ANTARA/Sugiharto Purnama)-
Setelah anaknya mendapatkan pekerjaan mapan dengan upah layak, Nasrudin berkomitmen pulang ke Lombok untuk membantu istri berjualan di sekolah.
Dia berharap dapat menghabiskan waktu tua bersama keluarga kecilnya di kampung halaman yang berada di Desa Kebun Talo, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Dedaunan pohon sawit bergoyang pelan tertiup angin barat daya, seolah mengamini harapan yang dilantunkan Nasrudin. Kulit buah sawit yang berwarna hitam kecokelatan menandakan waktu panen telah tiba.
Sejarah Panjang
Nusa Tenggara Barat menjadi provinsi keempat penyumbang pekerja migran terbanyak di Indonesia, setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BPMI) mencatat ada 33.949 pekerja migran yang berasal dari Nusa Tenggara Barat pada tahun 2023.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Nusa Tenggara Barat menyebut 25 ribu orang tercatat menjadi pekerja migran sepanjang tahun 2024.
Dari keseluruhan pekerja migran asal Nusa Tenggara Barat, sebanyak 70 persen bekerja di sektor perkebunan, terutama kelapa sawit.
Kepala Disnakertrans Nusa Tenggara Barat I Gede Putu Aryadi mengatakan penduduk Lombok mendominasi pekerja migran asal Nusa Tenggara Barat.
Garis sejarah menuntun orang-orang asal daerah itu menjadi buruh pemetik buah sawit di Malaysia.
Meski tidak ada perkebunan kelapa sawit di Lombok, tapi ada banyak pohon kelapa.
Mereka sudah mahir memetik kelapa sejak kecil, sehingga saat diterima kerja oleh perusahaan sawit Malaysia, mereka tidak terlalu lama beradaptasi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2023 luas perkebunan kelapa rakyat di Nusa Tenggara Barat mencapai 57,9 ribu hektare, dengan angka produksi sebanyak 50,2 ribu ton.
Di Malaysia, pekerja migran asal Lombok selalu dicari oleh perusahaan-perusahaan kelapa sawit karena mereka secara fisik lebih kuat dan gigih ketimbang pekerja migran dari negara lain, serta punya budaya yang hampir sama dengan Melayu.
Senior manajer bernama Chin Yik Loon dari perkebunan kelapa sawit Tuan Mee menuturkan pihaknya memberdayakan pekerja asal Lombok selama dua dekade.