Gangguan Kesehatan Mental Bisa Picu Remaja Lakukan Tindakan Ekstrem

Ilustrasi anak liburan bersama orang tua.-Foto: Istimewa-

BACA JUGA:Manfaat Sayur Kol Ungu : Nutrisi Tinggi dan Khasiat Luar Biasa untuk Kesehatan

Stres yang tidak terkelola dengan baik disertai dengan kurangnya keterampilan mengatasi masalah, ia mengatakan, bisa mendorong remaja untuk melepaskan emosi dengan cara yang destruktif, termasuk melakukan kekerasan.

Menurut dia, paparan yang berlebihan terhadap konten kekerasan dalam media hiburan seperti video game dan film juga dapat mempengaruhi remaja untuk melakukan tindakan impulsif dan meningkatkan kemungkinan mereka terlibat dalam perilaku kekerasan.

Kasandra mengatakan bahwa media bukan satu-satunya faktor penyebab.

Kombinasi faktor internal seperti gangguan kesehatan mental dan faktor eksternal seperti pengaruh media dapat memperburuk kecenderungan kekerasan pada remaja.

Psikolog klinis dari Universitas Indonesia A. Kasandra Putranto mengatakan keseimbangan peran yang dimainkan oleh orang tua dalam memberikan bimbingan sangat penting dalam proses tumbuh kembang remaja.

“Menurut saya, kata yang tepat bukan dominan melainkan berperan. Dalam hal ini ke dua orang tua, baik ayah maupun ibu berperan aktif dan positif dalam proses tumbuh kembang anak,” kata Kasandra saat dihubungi oleh ANTARA di Jakarta, Senin.

Kasandra mengatakan dalam sisi emosional, ibu atau orang tua perempuan berperan amat besar dalam menjaga psikologi anak.

Pada usia remaja, anak cenderung lebih terbuka untuk berbicara dengan orang yang dianggapnya lebih empatik dan lebih memahami perasaan mereka.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan dan laki-laki pada usia remaja sering kali merasa lebih nyaman membuka diri kepada ibu mereka, terutama ketika berhubungan dengan masalah emosional dan sosial.

Ibu juga sering kali dianggap sebagai figur pengasuh utama yang menyediakan rasa aman dan dukungan emosional yang lebih kuat.

Dalam situasi penuh tekanan, di mana remaja mungkin merasa terisolasi atau bingung, ibu dapat menjadi sosok yang memberikan rasa empati dan penerimaan yang dibutuhkan untuk membuka komunikasi.

“Ibu sering kali memainkan peran kunci dalam mengajarkan nilai-nilai emosional, seperti empati, kasih sayang, dan pengelolaan konflik. Dalam kasus remaja yang terlibat kekerasan, penting bagi ibu untuk menggali alasan di balik perilaku anak dan memberikan pemahaman tentang konsekuensi dari tindakannya,” ujar Kasandra.

Dari sisi ayah atau orang tua laki-laki, Kasandra mengatakan para remaja sering mencari peran panutan yang bisa memberikan rasa identitas diri.

Ayah atau figur laki-laki yang ada di keluarga bisa memberikan model bagaimana menjadi pribadi yang bertanggung jawab, menjaga kontrol diri, dan menyelesaikan konflik secara sehat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan