Update! Kurs Rupiah 22 Oktober 2024 : Melemah 59 Poin Menjadi Rp15.563 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang diperdagangkan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi, 22 Oktober 2024, mengalami penurunan sebesar 59 poin-Foto : Dokumen Palpos-

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 3 Oktober 2024 : Melemah 65 Poin Menjadi Rp15.333 per Dolar AS

"Penguatan dolar AS dipicu oleh ekspektasi bahwa suku bunga di Amerika akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dari perkiraan semula. Ini memicu peningkatan permintaan terhadap dolar AS," ujar seorang analis ekonomi yang tidak ingin disebutkan namanya.

Selain faktor suku bunga The Fed, ketidakpastian geopolitik global juga turut berperan dalam menekan nilai tukar rupiah.

Konflik di beberapa wilayah dunia, termasuk Timur Tengah dan ketegangan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China, menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global.

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 2 Oktober 2024 : Turun 4 Poin Menjadi Rp15.210 per Dolar AS

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 27 September 2024 : Menguat 72 Poin Menjadi Rp15.093 per Dolar AS

Ketidakpastian tersebut membuat para pelaku pasar cenderung mengalihkan investasinya ke aset-aset yang dianggap lebih aman, seperti obligasi dan dolar AS.

"Kondisi geopolitik yang semakin memanas, terutama di kawasan Timur Tengah, membuat investor global menghindari aset berisiko dan beralih ke safe haven, yang menyebabkan permintaan terhadap dolar AS semakin tinggi," jelas analis tersebut.

Melemahnya rupiah tentu memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia.

Salah satu dampak yang paling terasa adalah kenaikan biaya impor, terutama bagi barang-barang yang dibayar dalam dolar AS.

Indonesia, sebagai negara yang masih mengimpor sejumlah besar bahan baku, akan mengalami peningkatan biaya produksi akibat pelemahan rupiah.

Sektor industri yang sangat bergantung pada impor bahan baku, seperti manufaktur, otomotif, dan farmasi, diperkirakan akan terdampak.

Selain itu, pelemahan rupiah juga bisa memicu inflasi di dalam negeri.

Harga barang-barang impor yang meningkat akan membebani konsumen, terutama di sektor pangan dan energi.

Ketergantungan Indonesia pada impor bahan bakar minyak (BBM) juga akan meningkatkan risiko kenaikan harga bahan bakar di dalam negeri jika rupiah terus melemah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan