Update ! Kurs Rupiah 17 Oktober 2024 : Tergelincir 36 Poin Menjadi Rp15.546 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis (17/10) dibuka melemah seiring dengan menurunnya prospek pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS)-Foto : Antara-

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 25 September 2024 : Menguat 80 Poin Menjadi Rp15.187 per Dolar AS

Penguatan mata uang AS ini didukung oleh serangkaian data ekonomi yang menunjukkan bahwa perekonomian AS tetap tangguh meskipun menghadapi berbagai tantangan global.

Beberapa data penting yang mendukung penguatan dolar AS antara lain inflasi yang diukur melalui Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Indeks Harga Produsen (PPI).

Data inflasi ini memberikan gambaran bahwa harga barang dan jasa di AS terus meningkat, yang bisa menjadi alasan bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama untuk menekan laju inflasi.

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 23 September 2024 : Melemah Tipis 3 Poin Menjadi Rp15.153 per Dolar AS !

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 19 September 2024 : Melemah 8 Poin Menjadi Rp15.343 per Dolar AS

Selain itu, laporan ketenagakerjaan Non-Farm Payroll (NFP) yang menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang kuat juga memberikan dorongan bagi dolar AS.

Dengan meningkatnya jumlah pekerjaan di AS, pasar semakin percaya bahwa kondisi perekonomian AS cukup solid untuk menahan tekanan global, termasuk dari ketidakpastian geopolitik yang sedang terjadi.

Selain data ekonomi yang kuat, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga turut memicu penguatan dolar AS.

Krisis di kawasan ini, khususnya konflik antara Israel dan Palestina, meningkatkan ketidakpastian global dan membuat investor lebih memilih aset-aset aman seperti dolar AS sebagai bentuk lindung nilai terhadap risiko.

Lukman menyebutkan bahwa ketegangan geopolitik yang memanas sering kali memicu investor untuk mencari perlindungan dengan memegang mata uang yang dianggap sebagai safe haven seperti dolar AS.

"Ketidakpastian geopolitik cenderung mengarahkan investor untuk berlindung pada dolar AS, yang pada gilirannya memberikan tekanan tambahan pada mata uang seperti rupiah," ujarnya.

Tidak hanya faktor ekonomi dan geopolitik, tetapi juga perkembangan politik di AS turut mempengaruhi pergerakan dolar AS.

Menguatnya peluang Donald Trump dalam pemilihan presiden mendatang juga menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan dolar AS.

Trump dikenal dengan kebijakan ekonominya yang agresif, termasuk pemangkasan pajak dan peningkatan belanja infrastruktur yang dipandang pasar sebagai kebijakan yang dapat memicu peningkatan inflasi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan