Update ! Kurs Rupiah 17 Oktober 2024 : Tergelincir 36 Poin Menjadi Rp15.546 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis (17/10) dibuka melemah seiring dengan menurunnya prospek pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS)-Foto : Antara-
Kenaikan inflasi ini dapat memaksa The Fed untuk tetap mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi guna mencegah ekonomi dari overheating.
Hal ini tentu memberikan dukungan bagi dolar AS untuk tetap berada dalam posisi yang kuat terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.
Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi, Lukman memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah kemungkinan akan bergerak dalam rentang Rp15.500 hingga Rp15.600 per dolar AS dalam waktu dekat.
Rentang ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap rupiah masih cukup besar, terutama jika data ekonomi AS dan kondisi geopolitik global tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan.
"Rupiah kemungkinan akan terus tertekan dalam beberapa waktu ke depan, terutama jika The Fed memberikan sinyal lebih jelas bahwa mereka akan tetap mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk waktu yang lebih lama," tambah Lukman.
Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa sentimen pasar dapat berubah jika ada kejutan dari data ekonomi global, atau jika ketegangan geopolitik berhasil diredakan melalui diplomasi internasional.
Pada saat yang sama, kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia juga akan menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Untuk meredam tekanan terhadap rupiah, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap menjaga kebijakan moneter yang hati-hati, termasuk melalui intervensi di pasar valuta asing jika diperlukan.
BI juga terus memantau perkembangan di pasar keuangan global, termasuk keputusan-keputusan penting yang diambil oleh The Fed.
Sejauh ini, BI telah menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui berbagai kebijakan.
Termasuk menjaga cadangan devisa yang cukup dan mengelola arus modal masuk dan keluar secara hati-hati.
Meski demikian, tekanan eksternal yang berasal dari faktor global seperti penguatan dolar AS dan ketegangan geopolitik masih menjadi tantangan besar bagi bank sentral.
Dalam kondisi saat ini, pasar masih mencermati dengan seksama berbagai faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar.
Baik dari sisi data ekonomi AS, perkembangan geopolitik, maupun prospek kebijakan moneter dari The Fed.
Sementara itu, rupiah masih berpotensi untuk tertekan dalam waktu dekat, kecuali ada perubahan signifikan dalam sentimen pasar global.