Mengapa Pagaralam Disebut Kota Perjuangan? Berikut Kisah Epik Perlawanan Orang Besemah !

Kota Pagaralam dikenal sebagai kota perjuangan, karena masyarakat Besemah yang mendiami wilayah ini telah lama dikenal dengan semangat kemerdekaannya serta sikap kesatria-Foto : Dokumen Palpos-

Selain itu, Johan Hanafiah juga menyatakan bahwa pada awalnya orang Eropa, terutama Inggris dan Belanda, tidak benar-benar memahami siapa sebenarnya masyarakat Pasemah ini.

Mereka sering kali menyebut masyarakat Besemah dengan berbagai nama yang salah, seperti Passumah oleh Inggris, atau Pasemah  oleh Belanda, padahal sebutan yang benar adalah Besemah.

Kekeliruan pengucapan nama Pasemah oleh bangsa-bangsa Eropa ini bukanlah hal yang sepele.

Sebagaimana dijelaskan oleh budayawan Mohammad Saman, nama yang benar adalah Besemah, sebagaimana yang masih digunakan oleh masyarakat lokal hingga saat ini.

Identitas budaya Besemah sangatlah kuat, dan masyarakat setempat dikenal sebagai suku yang damai namun siap berperang ketika wilayah mereka terancam.

Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa suku Besemah adalah salah satu suku tertua di Sumatera Selatan yang memiliki kebudayaan Megalitikum.

Kebudayaan Besemah sering kali dianggap sebagai salah satu contoh local genius, yakni kemampuan suatu komunitas untuk beradaptasi dan menciptakan solusi lokal yang sesuai dengan lingkungan dan tantangan mereka.

Sayangnya, banyak dari warisan budaya tersebut yang tidak sepenuhnya diwariskan kepada generasi penerus, meskipun beberapa tradisi masih tetap dilestarikan.

Asal usul suku Besemah hingga saat ini masih diliputi oleh banyak misteri. Salah satu cerita yang paling dikenal di kalangan masyarakat adalah mitos tentang Atung Bungsu.

Seorang tokoh legendaris yang disebut-sebut sebagai salah satu dari tujuh anak Raja Majapahit.

Menurut legenda, Atung Bungsu melakukan perjalanan menyusuri Sungai Lematang hingga akhirnya memilih untuk bermukim di daerah yang sekarang dikenal sebagai Pagaralam.

Ia menikah dengan putri Ratu Benua Keling, bernama Senantan Buih, dan dari pernikahan inilah lahir keturunan yang kemudian menjadi penduduk Jagat Besemah.

Meskipun cerita ini lebih bersifat mitos daripada fakta sejarah, namun legenda Atung Bungsu memiliki peran penting dalam mempersatukan masyarakat Besemah.

Mitos ini menjadi semacam identitas kolektif yang memperkuat rasa kebersamaan di antara masyarakat Besemah, terutama setelah sistem pemerintahan marga dihapuskan pada tahun 1979.

Dalam konteks sejarah lokal, Pagaralam tidak hanya dikenal sebagai kota perjuangan, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan pertanian di Sumatera Selatan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan