Mengapa Pagaralam Disebut Kota Perjuangan? Berikut Kisah Epik Perlawanan Orang Besemah !
Kota Pagaralam dikenal sebagai kota perjuangan, karena masyarakat Besemah yang mendiami wilayah ini telah lama dikenal dengan semangat kemerdekaannya serta sikap kesatria-Foto : Dokumen Palpos-
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Sumatera Selatan : Menguak Jejak Migrasi dan Peradaban Awal !
Perlawanan masyarakat Besemah terjadi selama hampir lima dekade, yaitu dari tahun 1821 hingga 1867, yang menunjukkan betapa gigihnya mereka dalam mempertahankan tanah air.
Salah satu aspek penting yang membuat Pagaralam dikenal sebagai kota perjuangan adalah berkembangnya tradisi lisan atau oral history di kalangan masyarakat setempat.
Tradisi ini menceritakan berbagai kisah heroik tentang bagaimana nenek moyang masyarakat Besemah selalu berjuang mempertahankan wilayah mereka dari berbagai ancaman, baik dari penjajah maupun kekuatan luar lainnya.
BACA JUGA:5 Tempat Legendaris yang Pernah Hits di Kota Palembang, Kini Tinggal Kenangan : Apa Saja ?
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Kabupaten Muaraenim : Berikut 6 Tokoh Terkenal dan Berpengaruh !
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, kekayaan alam Pagaralam serta kesuburan tanahnya menjadi salah satu alasan utama mengapa wilayah ini terus diperebutkan sejak dahulu kala.
Tidak hanya oleh penjajah Eropa, tetapi juga oleh berbagai suku dan kerajaan lokal lainnya.
Kekayaan sumber daya alam ini menjadi daya tarik tersendiri yang mendorong banyak pihak untuk mencoba menguasai Pagar Alam.
Sejarah panjang perlawanan masyarakat Besemah melawan kolonialisme Belanda menjadi salah satu cerita utama dalam narasi perjuangan Pagaralam. J.S.G. Grambreg, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda.
Dia menulis pada tahun 1865, menggambarkan betapa sulitnya menaklukkan wilayah ini.
Ia mencatat bahwa mereka yang mendaki Bukit Barisan dari arah Bengkulu dan melangkah ke dataran tinggi Pasemah, akan menemukan negeri yang merdeka dan tidak terjajah.
Wilayah ini baru sepenuhnya ditaklukkan oleh Belanda pada tahun 1867, setelah operasi militer yang panjang dan berlarut-larut.
Budayawan Sumatra Selatan, Johan Hanafiah, menyebutkan bahwa perlawanan masyarakat Pasemah ini adalah perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatra Selatan pada abad ke-19.
Perlawanan yang berlangsung selama hampir 50 tahun tersebut menunjukkan betapa kuatnya semangat kemerdekaan yang ada di dalam masyarakat Besemah.