Bank Indonesia Diprediksi Pertahankan BI-Rate di Level 6,25 Persen

Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia Teuku Riefky dalam Forum Merdeka Barat 9 secara daring di Jakarta, Selasa (17/05/2022)-FOTO : ANTARA-

Namun, di balik tren positif ini, risiko arus modal keluar secara mendadak tetap menjadi perhatian utama.

Kondisi global yang dinamis, terutama terkait kebijakan moneter di Amerika Serikat, bisa memicu perubahan arus modal sewaktu-waktu.

Jika arus modal asing tiba-tiba berbalik arah, rupiah berpotensi mengalami tekanan besar.

Oleh karena itu, menjaga BI-Rate tetap stabil di 6,25 persen dinilai sebagai langkah bijak untuk menjaga stabilitas keuangan Indonesia.

Riefky juga menambahkan bahwa imbal hasil surat utang pemerintah Indonesia menunjukkan tren yang stabil, yang menandakan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia.

Imbal hasil surat utang pemerintah tenor 10 tahun saat ini berada di level 6,65 persen, turun dari 6,78 persen pada pertengahan Agustus 2024.

Penurunan ini mencerminkan permintaan yang tinggi terhadap surat utang Indonesia, yang didukung oleh derasnya arus modal asing.

Meski ada ruang untuk BI menurunkan suku bunga acuannya di masa mendatang, Riefky menekankan bahwa pemotongan suku bunga tidak mendesak untuk dilakukan pada September 2024.

"Dengan mempertimbangkan kondisi global dan domestik, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur September ini," ujar Riefky.

Menurutnya, jika BI terburu-buru memangkas suku bunga, hal tersebut bisa memicu volatilitas di pasar keuangan dan memengaruhi arus modal.

Sebaliknya, menahan suku bunga di level saat ini memberi BI ruang yang lebih luas untuk melakukan pelonggaran moneter di sisa tahun 2024, jika dibutuhkan.

Lebih jauh, langkah ini juga akan memungkinkan BI untuk merespons perubahan kondisi ekonomi global yang masih sangat dinamis, termasuk potensi risiko dari kebijakan moneter negara maju, seperti Amerika Serikat.

Jika The Fed benar-benar menurunkan suku bunganya pada akhir tahun ini, arus modal asing ke Indonesia kemungkinan akan terus mengalir, memperkuat posisi rupiah dan memberi ruang bagi BI untuk menyesuaikan kebijakannya.

Keputusan Bank Indonesia untuk menahan BI-Rate di level 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur September 2024 dinilai sebagai langkah yang tepat dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan Indonesia.

Meski ada beberapa faktor yang mendukung pemotongan suku bunga, seperti tren penguatan rupiah dan penurunan inflasi, potensi risiko dari volatilitas mata uang dan arus modal keluar tetap menjadi pertimbangan utama.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan