Keberagaman sebagai Jalan Kesejahteraan
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara dan pemersatu Bangsa Indonesia yang majemuk--
Itu sebabnya memberi bantuan berupa bahan kebutuhan pokok kepada kelompok rentan, tentu masih belum memadai.
Sebaiknya bantuan lebih diarahkan untuk menguatkan kelas bawah perkotaan agar dapat keluar dari kemiskinan dengan kemampuan sendiri, sehingga bisa menjadi stimulus untuk menuju pada kemandirian.
Kendati ada perbedaan status ekonomi di kalangan masyarakat alias majemuk, perbedaan atau kesenjangan sebetulnya tidak terlihat tajam, karena ada etika (toleransi) yang menjadikan seseorang malu untuk menonjolkan kelebihannya.
Bila dalam komunitas masyarakat bawah, ada orang yang terlihat “sukses”, namun dengan adanya solidaritas (etika), orang yang dianggap paling sejahtera dalam kelompoknya, tetap berusaha menyatu dengan kelompoknya.
Orang “sukses” dimaksud biasanya adalah orang yang merantau pertama kali ke Jakarta, dan setelah sukses mereka mengajak orang di kampung halamannya untuk bersama-sama mencari nafkah di ibu kota.
Misalnya saja pengusaha warteg dari Tegal, akan menarik kerabatnya untuk datang ke Jakarta, demikian juga "bohir" untuk pedagang sate dari Madura, jamu gendong dari Wonogiri, dan seterusnya.
Masyarakat di Tanah Air pada dasarnya memiliki semangat solidaritas sosial yang tinggi.
Negara bisa memfasilitasi bila ada dermawan yang ingin berbagi.
Juga banyak perundang-undangan di negeri ini yang didasarkan pada semangat egalitarianism dan solidaritas sosial.
Maka menjadi ranah negara untuk membuat potensi itu bisa dikembangkan sebagai sistem kehidupan yang selalu menjaga solidaritas dalam keberagaman menuju kesejahteraan bersama. ***
*) Dr Taufan Hunneman adalah Ketua Umum Forum Bersama Bhinneka Tunggal Ika