Kelapa Sawit di Persimpangan Jalan : Apa yang Perlu Dilakukan Agar Kelapa Sawit Indonesia Kembali Berjaya ?
Mantan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI/periode 2015-2023) Joko Supriyono memberikan sambutan pada peluncuran buku berjudul "Masih Berjayakah Sawit Indonesia Menghadapi Tantangan Sustainability Global,"-FOTO : ANTARA-
BACA JUGA:Kabar Gembira ! Dana Replanting Sawit Naik Dua Kali Lipat Menjadi Rp60 Juta Juta per Hektare
"Kejayaan kelapa sawit perlu komitmen besar dari pemerintah dan pelaku usaha untuk menjaga produksi dan produktivitas. Pemerintah juga perlu aktif melakukan diplomasi yang luas, advokasi, litigasi, dan retaliasi. Perlu ada proteksionisme serupa dengan yang dilakukan oleh negara-negara lain," tegas Joko.
Dalam buku "Masih Berjayakah Sawit Indonesia Menghadapi Tantangan Sustainability Global," Joko mencakup sejumlah tantangan dan solusi yang melingkupi industri kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir.
Di samping isu sustainability, industri kelapa sawit juga menghadapi risiko stagnasi produktivitas.
BACA JUGA:Pabrik Minyak Merah Pertama di Sumatera Selatan : Petani Sawit Makin Sejahtera !
BACA JUGA:Pemkab Muba Berhasil Terapkan Program Peremajaan Sawit Rakyat
"Kelapa sawit telah menjadi bagian integral dari lanskap sumber energi global. Oleh karena itu, Indonesia perlu fokus pada strategi global dan regional untuk menentukan masa depan kelapa sawit," ujar Joko, yang juga merupakan anggota Dewan Pengawas Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Buku tersebut adalah hasil refleksi dan evaluasi dari perjalanan panjang Joko yang telah menggeluti industri kelapa sawit selama lebih dari 38 tahun.
"Ada segudang cerita suka, duka, kritik, dan solusi yang dirangkum dalam buku ini, yang telah saya tulis selama dua tahun terakhir," tambah Joko, mantan Sekretaris Jenderal Gapki Pusat (2009-2015).
Ketua Umum Gapki saat ini, Eddy Martono, mengapresiasi buku tersebut dan menekankan pentingnya komitmen terhadap sustainability.
“Buku ini memperjelas bahwa sustainability adalah tuntutan pasar yang wajar. Indonesia perlu memperkuat komitmen terkait sustainability melalui sertifikasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) dan kami sudah menjalankannya,” ujar Eddy.
Ia berharap buku ini dapat membantu menyelesaikan hambatan-hambatan seperti masalah biaya dan kebijakan mengenai kebun masyarakat yang masuk ke dalam kawasan.
Selain itu, penguatan sertifikasi ISPO diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila), Bustanul Arifin, juga memberikan komentar positif mengenai buku tersebut.
Bustanul menilai proses warning atau peringatan mengenai masa depan kelapa sawit yang diusung dalam buku tersebut sangat baik.