Sawit dan Kopi Jadi Penopang Utama Ekonomi Bengkulu pada Triwulan III 2024
Proses penjemuran komoditas kopi di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.-FOTO : ANTARA-
BENGKULU, KORANPALPOS.COM – Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa komoditas sawit dan kopi diperkirakan akan menjadi penopang utama ekonomi Bengkulu pada triwulan III tahun 2024 ini.
Potensi peningkatan produksi kelapa sawit dan tingginya harga kopi memberikan dorongan signifikan pada kinerja lapangan usaha pertanian, yang menjadi sektor penting dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi perlambatan.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu, Darjana, menjelaskan bahwa produksi kelapa sawit diperkirakan akan meningkat karena berakhirnya musim trek, sementara harga kopi yang terus melonjak memberi dampak positif pada ekonomi daerah.
BACA JUGA:Dampak Fluktuasi Harga Sawit dan Batubara Pengaruhi Penjualan Motor dan Mobil di 2024 !
BACA JUGA:Segera Klaim! DANA Bagikan Saldo Gratis Hingga Rp499 Ribu pada Hari Ini Minggu, 25 Agustus 2024
"Hasil produksi kelapa sawit diprakirakan meningkat akibat berakhirnya musim trek, dan tingginya harga kopi menyebabkan kinerja lapangan usaha pertanian terakselerasi," kata Darjana dalam pernyataannya di Bengkulu, Minggu (25/8).
Dengan dua komoditas unggulan ini, Darjana optimistis bahwa sawit dan kopi dapat menahan laju perlambatan pertumbuhan ekonomi Bengkulu pada triwulan III 2024.
"Sawit dan kopi mengakselerasi lapangan usaha pertanian sehingga menahan perlambatan PDRB yang lebih dalam pada triwulan III 2024," tambahnya.
BACA JUGA:Heboh! Dapatkan Saldo DANA Gratis Rp275 Ribu di Hari Minggu Ini, Begini Cara Klaimnya!
BACA JUGA:Harga Pangan 25 Agustus 2024 : Sejumlah Komoditas Naik, Bawang Merah Rp25.900 per Kilogram !
Bank Indonesia memprediksi bahwa ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2024 akan mengalami pertumbuhan yang melambat di kisaran 4,28-4,88 persen (year-on-year/yoy).
Perlambatan ini terutama disebabkan oleh penurunan komponen konsumsi rumah tangga, ekspor, dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
Dari sisi lapangan usaha, perlambatan terjadi pada sektor perdagangan, transportasi dan pergudangan, industri pengolahan, serta pertambangan.