Sawit dan Kopi Jadi Penopang Utama Ekonomi Bengkulu pada Triwulan III 2024

Proses penjemuran komoditas kopi di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.-FOTO : ANTARA-

Darjana menjelaskan bahwa pasar murah yang digelar secara terintegrasi ini tidak hanya berfungsi sebagai upaya pengendalian inflasi, tetapi juga sebagai langkah untuk memastikan pergerakan ekonomi di pasar-pasar tradisional di Bengkulu tetap tumbuh baik.

"Dengan adanya pasar murah terintegrasi, kita berharap konsumsi rumah tangga dapat tetap terjaga, sehingga memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Kelapa sawit dan kopi memang telah lama menjadi komoditas unggulan di Provinsi Bengkulu.

Perkebunan kelapa sawit tersebar luas di berbagai kabupaten, termasuk Mukomuko, Bengkulu Utara, dan Seluma. Sawit telah menjadi tulang punggung ekonomi Bengkulu, dengan kontribusi yang signifikan terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi ini.

Begitu pula dengan kopi, terutama kopi robusta, yang dikenal memiliki kualitas tinggi dan menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Bengkulu.

Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, luas lahan perkebunan kelapa sawit di Bengkulu mencapai lebih dari 300.000 hektar, dengan produksi tahunan mencapai jutaan ton.

Sementara itu, produksi kopi di Bengkulu, yang mayoritas adalah jenis robusta, juga mencapai ratusan ribu ton per tahun.

Potensi besar dari kedua komoditas ini menjadikannya tumpuan utama bagi perekonomian Bengkulu, terutama pada masa-masa sulit seperti saat ini.

Meskipun sawit dan kopi memberikan harapan besar bagi ekonomi Bengkulu, Darjana mengingatkan bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi.

Salah satunya adalah fluktuasi harga komoditas di pasar internasional yang dapat berdampak langsung pada pendapatan petani dan perekonomian daerah.

Oleh karena itu, diversifikasi ekonomi dan peningkatan nilai tambah produk menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Darjana juga menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian.

"Kita perlu memastikan bahwa petani kita memiliki akses terhadap teknologi pertanian yang lebih baik, serta pelatihan yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk mereka," ujarnya.

Dalam jangka panjang, pengembangan industri hilir untuk kelapa sawit dan kopi juga dianggap sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas ini.

Dengan adanya industri hilir, Bengkulu tidak hanya akan dikenal sebagai produsen bahan mentah, tetapi juga sebagai produsen produk-produk turunan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan