Update ! Kurs Rupiah 14 Agustus 2024 : Menguat 127 Poin Menjadi Rp15.706 per Dolar AS
v-Foto : Dokumen Palpos-
BACA JUGA:UPDATE ! Kurs Rupiah Selasa 6 Agustus 2024 : Turun 16 Poin Menjadi Rp16.205 per Dolar AS
Selain itu, ketegangan geopolitik yang mereda di beberapa kawasan dunia juga berkontribusi terhadap penguatan mata uang di negara-negara berkembang.
Dengan meredanya ketegangan, investor cenderung mengambil risiko lebih besar dengan mengalihkan investasi mereka ke aset-aset di negara berkembang, yang dinilai lebih menguntungkan dalam situasi saat ini.
Di dalam negeri, penguatan rupiah juga tidak lepas dari peran aktif Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar.
BACA JUGA:UPDATE ! Kurs Rupiah Senin 5 Agustus 2024 : Menguat 35 Poin Menjadi Rp16.165 per Dolar AS
BACA JUGA:UPDATE ! Kurs Rupiah Jumat 2 Agustus 2024 : Tergerus 38 Poin Jadi Rp16.275 per Dolar AS
Bank Indonesia telah melakukan berbagai langkah intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan rupiah, terutama dalam menghadapi volatilitas global.
Langkah-langkah ini termasuk pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder dan intervensi di pasar valas untuk memastikan likuiditas yang cukup dan menghindari fluktuasi yang berlebihan.
Bank Indonesia juga terus memperkuat kebijakan moneter dengan tetap menjaga suku bunga acuan pada level yang mendukung pertumbuhan ekonomi, sekaligus mencegah pelarian modal yang dapat melemahkan rupiah.
Upaya BI dalam menjaga inflasi pada level yang terkendali juga memberikan kepercayaan lebih kepada pasar, sehingga mendorong penguatan rupiah.
Penguatan rupiah memiliki dampak yang cukup luas terhadap perekonomian nasional.
Bagi sektor impor, penguatan rupiah akan membuat harga barang-barang impor menjadi lebih murah, sehingga bisa menekan biaya produksi bagi industri yang mengandalkan bahan baku dari luar negeri.
Hal ini diharapkan dapat menurunkan harga barang jadi di pasar domestik, yang pada akhirnya dapat mengurangi tekanan inflasi.
Di sisi lain, penguatan rupiah juga memberikan tantangan bagi sektor ekspor. Mata uang yang lebih kuat membuat produk-produk Indonesia menjadi relatif lebih mahal di pasar internasional, yang bisa mengurangi daya saing ekspor.
Namun, dengan adanya kebijakan pemerintah yang proaktif dalam mendorong diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan kualitas produk, tantangan ini diharapkan bisa diatasi.