Strategi Golkar atau Tekanan Politik ?

Gedung DPD Golkar Sumsel-Foto: Istimewa-

"Kami sebagai kader Golkar tentunya seluruh jajaran menghormati apa keputusan yang diambil ketum. Saat ini kami tinggal menunggu instruksi saja seperti apa,” ujarnya.

Menurut dia, keputusan mundurnya Airlangga dari jabatan Ketum Golkar merupakan dinamika politik yang selalu ada.

"Apapun putusan tersebut itu dinamika politik selalu ada dan kami dari Golkar daerah masih menunggu instruksi selanjutnya seperti apa. Apalagi itu baru berita kami sendiri belum mendapatkan secara resmi untuk pemberitahuan lanjutnya,” kata Anita.

Sementara itu, Pengamat Politik terkemuka dari ISEAS-Yusof Ishak Institute, Made Supriatma, mencurigai bahwa langkah Airlangga bukanlah murni keputusannya sendiri.

Made menduga ada kekuatan besar yang bermain di balik layar, yang sengaja ingin menyingkirkan Airlangga dari puncak kepemimpinan Golkar.

"Menurut saya, apa yang terjadi ini adalah semacam expulsion atau penyingkiran beliau dari Golkar. Ini bukan hal yang biasa dalam politik, dan saya yakin ada kekuatan yang sangat besar yang terlibat dalam hal ini," ujar Made dalam sebuah wawancara eksklusif.

Made juga menyinggung kemungkinan bahwa Presiden Jokowi memiliki peran dalam dinamika ini. 

Ia menyatakan bahwa Jokowi, yang tidak memiliki partai politik sendiri dan merasa tidak sepenuhnya diterima di PDIP, mungkin sedang mencari kendaraan politik baru untuk tetap relevan dalam peta politik nasional. 

Menurut Made, Golkar bisa menjadi pilihan yang strategis bagi Jokowi, mengingat partai ini memiliki jaringan yang luas dan pengaruh yang kuat di seluruh Indonesia.

"Desas-desus yang beredar adalah bahwa Pak Jokowi membutuhkan sebuah mesin politik besar untuk tetap eksis di kancah politik nasional. Dengan anaknya, Kaesang, yang sudah menguasai satu partai kecil, Jokowi mungkin merasa perlu sesuatu yang lebih besar dan lebih berpengaruh, dan Golkar bisa jadi jawabannya," tambah Made.

Namun, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, dengan tegas membantah adanya tekanan dari pihak eksternal yang memaksa Airlangga untuk mundur. 

Doli menegaskan bahwa pengunduran diri Airlangga murni atas inisiatif pribadi untuk menjaga stabilitas partai dan mempersiapkan transisi pemerintahan yang lancar.

"Tidak ada masalah internal yang signifikan di Golkar yang menyebabkan pengunduran diri Pak Airlangga. Ini adalah langkah yang diambil untuk menciptakan suasana yang lebih kondusif bagi partai dalam menghadapi masa transisi pemerintahan," ujar Doli dalam sebuah pernyataan resmi.

Doli juga menambahkan bahwa Partai Golkar segera akan menggelar rapat pleno untuk membahas pengunduran diri Airlangga dan menentukan langkah selanjutnya, termasuk penunjukan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum.

Rapat pleno tersebut dijadwalkan berlangsung pada Selasa, 13 Agustus 2024.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan